SOLO, suaramerdeka.com – Meski pemeriksaan berjenjang bagi pasien askes dan jamkesmas belum mutlak diberlakukan, namun Rumah Sakit Dokter Moewardi (RSDM) Solo sudah merugi dan defisit hampir Rp 30 miliar tahun ini.
Menurut direktur utama RSDM Basuki Soetardjo, dari target pendapatan rumah sakit senilai Rp 268 miliar hingga akhir September 2013, saat ini baru mencapai sekitar Rp 240 miliar. Sementara target pendapatan hingga akhir tahun Rp 357,5 miliar.
Menurut dia, defisit itu akibat menurunnya jumlah pasien dan belum terbayarnya klaim pasien askes atau jamkesmas.
Penurunan jumlah pasien itu, kata dia, bukan karena pelayanan rumah sakit yang tidak berkualitas, tapi karena pemberlakuan pemeriksaan berjenjang.
“Selain punya fungsi sosial, sebagai badan layanan umum rumah sakit juga ditarget pendapatan. Jika tidak ada terobosan kebijakan, saya khawatir target pendapatan senilai Rp 385 miliar di 2014 tidak akan tercapai,” kata dia, Rabu (9/10).
Lebih lanjut, Basuki mengatakan, sebagai rumah sakit tipe A, RSUD milik Pemprov Jateng itu khawatir dengan kewajiban sistem pemeriksaan berjenjang dalam badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) yang mulai diterapkan 1 Januari 2014.
Pasalnya, sistem berjenjang bagi anggota askes dan jamkesmas yang akan dijadikan satu dalam BPJS itu, akan mengurangi pendapatan rumah sakit tipe A.
Dia beralasan, dengan sistem berjenjang, para pasien akan tertahan di rumah sakit tipe B, tipe C, Puskesmas, atau dokter keluarga. Dan bagi rumah sakit tipe A yang menerima pasien anggota BPJS yang tidak membawa rujukan dari rumah sakit lebih rendah tipenya, maka klaimnya tidak akan dibayarkan.
“Padahal selama ini sebanyak 45 persen pasien rawat jalan dan 60 persen pasien rawat inap di RSDM adalah peserta jamkesmas,” kata dia.
Sumber: suaramerdeka.com