Peran Direktur Medis: sebagai Tuan atau Pelayan?
Artikel oleh Antonie Kossaify, Boris Rasputin, Jean Claude Lahoud
Artikel yang diterbitkan oleh Health Services Insight pada Juni 2013 ini sengaja menggunakan judul yang provokatif, yang ternyata memang menjadi isu besar di RS swasta pada berbagai negara, bukan hanya di Indonesia. Fakta bahwa Direktur Utama RS seringkali merupakan owner RS itu sendiri menempatkan pengelola RS lainnya yang bukan owner sebagai “pengisi posisi pada struktur organisasi”, eksekutor, bahkan hanya untuk sekedar memenuhi standar perijinan atau akreditasi, bukan orang yang ditunjuk untuk menjadi decision maker, apalagi policy maker.
Tulisan ini dilatarbelakang oleh suatu kondisi dimana peran negara terhadap pengaturan institusi pelayanan kesehatan swasta sangat kecil, sehingga pemerintah lokal yang lebih banyak mewarnai regulasi yang berlaku. Oleh karena itu, Direktur Utama dan Direktur Medis sama-sama memiliki peran untuk melaksanakan regulasi tersebut dan untuk itu harus saling berkolaborasi agar organisasinya menjadi efisien.
Tentu saja semua sependapat bahwa profesionalisme dalam pelayanan kesehatan adalah hal yang tidak dapat dikompromikan, karena terkait dengan masalah hidup dan mati. Profesionalisme ini juga mencakup skill yang harus dimiliki oleh para pimpinan rumah sakit (direksi). Ada banyak value yang perlu diproses dan dikultivasi oleh seorang Direktur Medis untuk menghasilkan kinerja rumah sakit yang baik secara keseluruhan. Dari penelusuran berbagai literature yang dilakukan oleh para penulis artikel ini, setidaknya ada 50 tulisan yang relevan dan kemudian direview untuk mengetahui fungsi dan peran Direktur Medis di institusi pelayanan kesehatan.
Secara teori seorang Direktur Medis direkrut berdasarkan kompetensinya (dalam hal mengelola dan memimpin, selain juga kompetensi teknis). Namun kenyataannya hal tersebut tidak selalu terjadi. Pada lingkungan dimana owner sekaligus sebagai Direktur Utama sehingga perannya sangat dominan, Direktur Medis seringkali berada pada posisi “menjalankan arahan” Dirut. Skenario ini tidak selalu bisa menjamin bahwa Direktur Medis yang qualified dapat bekerjasama dengan Dirut dan menjadi “actor” yang paling berpengaruh diantara seluruh pejabar struktural. Yang terjadi adalah sebaliknya, dimana peran Direktur Medis bergeser dari menjalankan tugasnya menjadi memenuhi keinginan Dirut.
Profil Posisi dan Deskripsi Pekerjaan Direktur Medis
Dari puluhan artikel yang direview, tugas Direktur Medis ada yang sifatnya umum dan ada yang spesifik. Tanpa membaca artikel ini, banyak kalangan yang meyakini bahwa tigas Direktur Medis “hanya” meliputi hal-hal yang terkait langsung dengan pelayanan medis dan personnel yang melakukan pelayanan medis. Sebenarnya tugas umumnya jauh lebih luas dari itu. Berikut ini adalah daftar tugas umum seorang Direktur Medis:
- Memastikan bahwa lingkungan kerja kondusif bagi para profesional kesehatan, khususnya para dokter, dalam melakukan tugas-tugas profesinya.
- Bertanggung jawab untuk mengembangkan dan memperbaiki kebijakan, , protokol dan prosedur dasar yang merefleksikan konstitusi lembaga
- Mensupervisi langsung atau menunjuk komisi medis yang akan dilibatkan dalam memfungsikan lembaga
- Secara teoritis, direktur medis bertanggung jawab terhadap setiap proses yang bisa mempengaruhi kualitas pelayanan secara langsung maupun tidak langsung
- Membangun kerjasama antara departemen medis, dokter, para medis dan staf lainnya
- Harus selalu ada dan mampu mengevaluasi setiap disfungsi akut di setiap unit pelayanan dalm waktu yang sesingkat-singkatnya
- Harus mmapu menajdi panutan bagi stafnya, mengkultivasi dan mempromosikan semangat saling percaya dan profesionalisme
- harus memiliki pemikiran tiga dimensi yang luas, berpikir global degan aksi lokal dalam rangka meningkatkan praktek-praktek medis bahkan dalam kondisi dimana instrumen yang dibutuhkan tidak selalu tersedia
RS, sekecil apapun, harus tetap mengikuti perkembangkan keilmuan dan teknologi kedokteran, agar dapat memberikan pelayanan berbasis bukti yang selalu ter-up-date. Seorang Direktur Medis berperilaku evolusioner untuk mendorong terjadinya peningkatan kapasitas SDM berkelanjutan, dan ini merupakan isu kunci bagi efisiensi di rumah sakit.
Pada akhir tulisan ini, Kossafy dkk menyimpulkan bahwa tugas seorang Direktur Medis bukan saja terbatas pada peran medis melainkan juga pada fungsi-fungsi manajerial. BIsa jadi ada overlap beberapa fungsi dengan Direktur Keperawatan. Hubungan antara CEO /Dirut dengan Direktur Medis merupakan kunci keberhasilan sebuah RS, dan keberhasilan hubungan ini merupakan tanggung jawab dari kedua belah pihak.
Lebih lanjut para penulis menekankan bahwa isu-isu keuangan tidak boleh menghambat atau menyebabkan keterlambatan pelayanan medis, khususnya saat pasien dalam kondisi kritis. Sebagai tambahan, Direktur Medis bertanggung jawab untuk menghindarkan para tenaga medis dalam mendapatkan masalah malpraktik dan oleh karenanya harus ada asuransi malpraktik yang melindungi mereka. Seorang Direktur medis juga harus merupakan pemecah masalah yang kuat dan analis situasi yang kritis, serta harus memiliki kemampuan komunikasi, kepemimpinan klinis. Singkatnya, Direktur Medis harus mampu menjadi “tuan” dalam kemampuan manajerialnya, sejalan dengan Direktur Utama tanpa harus menjadi “pelayan” namun melayani kepentingan dan misi institusi.
Jika anda tertarik untuk membaca artikel lengkapnya, anda bisa mengikuti link berikut ini: http://www.la-press.com/the-function-of-a-medical-director-in-healthcare-institutions-a-master-article-a3918. (pea)
Bagaimana mengatasi masalah dpjp yg sulit mengikuti regulasi RS