TEMPO.CO, Surabaya – Universitas Airlangga melalui Lembaga Penyakit Tropis berencana membangun rumah sakit khusus riset dan pengobatan di bidang stem cell. Direktur LPT Unair, Nasronuddin, menuturkan rencana ini sudah matang dan diharapkan bisa dimulai tahun depan.
“Tahun 2014 mulai dikerjakan, tapi saya enggak tahu tanggal dan bulannya. Kami ingin meningkatkan potensi peneliti,” kata Nasronuddin seusai tasyakuran penghargaan Prayogasala dari Kementerian Riset dan Teknologi di gedung LPT Unair, Selasa, 17 September 2013.
Nasronuddin mengatakan, pihaknya berharap ada investor dalam negeri yang bersedia menyokong investasinya. Menurut dia, Korea sebetulnya berkeinginan mendanai proyek tersebut, tapi Unair lebih berharap pada investor dalam negeri karena proyek ini tergolong strategis sekaligus menjanjikan. “Indonesia saya kira mampu,” kata Nasronuddin.
Disinggung keterlibatan konglomerat Chairul Tanjung, ia enggan menjawab gamblang. Chairul Tanjung adalah salah satu anggota wali amanah Unair dan sempat mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari Unair pada 26 Agustus lalu. Setelah menggondol gelar itu, Chairul sempat mengunjungi LPT Unair. Hanya saja, Nasronuddin memastikan bangunan rumah sakit stem cell berdiri di antara Rumah Sakit Pendidikan Unair dan LPT Unair dengan konsep bentuk lorong bertingkat.
Ambisi ini seiring keluarnya SK dari Kemenkes yang menyatakan Unair dan Kota Surabaya sebagai pusat riset dan pengobatan stem cell di Indonesia. Kementerian BUMN, kata ia, juga siap mendukung dengan memproduksi massal hasil riset LPT Unair yang sudah terbukti khasiatnya.
Selain itu, Kementerian BUMN akan memberikan dana hibah senilai Rp 4,5 miliar dalam bentuk peralatan penelitian kepada kelompok riset stem cell di LPT Unair. Mitra bisnis BUMN juga turut menyumbang peralatan riset stem cell senilai Rp 670 juta. Pihaknya hanya menyediakan clean room dan laboratorium saja. Kini, Narsonuddin meminta pada rektorat segera menambah SDM sebagai teknoprenuer dan marketing-nya. Pada Januari 2014, sebagian alat-alat itu datang dan stem cell segera diproduksi massal.
Skemanya, bibit stem cell dari LPT Unair dan PT Kimia Farma ditunjuk sebagai pabrik yang bertugas menggandakannya. Tahap awal, stem cell yang diproduksi massal bagi pengobatan tendon, tulang hancur, keganasan, dan kecantikan. Stem cell untuk diabetes dan stroke, kata Nasron, juga sudah dilirik untuk diproduksi massal. Menurut dia, terapi stem cell adalah salah satu pengobatan masa depan dan suatu inovasi medis di dunia kesehatan.
Pengobatan stem cell adalah upaya transplantasi dengan menggunakan sel induk tubuh sendiri. Sel induk ditanamkan ke berbagai organ tubuh yang sakit sehingga terjadi regenerasi dan menggantikan bagian sel yang rusak.
Produksi stem cell LPT Unair sudah diterapkan ke manusia dengan menggandeng Pusat Kedokteran Regeneratif dan Stem Cell RSUD dr Soetomo. Ia mengaku banyak permintaan stem cell ini dari dokter-dokter di Indonesia, tapi pihaknya belum mampu memenuhinya. “Karena keterbatasan alat produksi massal tadi, saya ingin terapi stem cell ini hanya Rp 5-10 juta saja. Ilmu harus bermanfaat bagi masyarakat, itu harapan saya,” kata Nasronuddin.
Wakil Rektor I Unair, Achmad Syahrani, menuturkan segera memenuhi permintaan terkait tambahan SDM marketing dan technopreneur. Pihaknya juga menyambut antusias soal rencana membangun rumah sakit stem cell di lingkungan Unair. Setelah dikukuhkan sebagai pusat riset unggulan nasional, Syahrani mendorong peneliti di National Health Center Unair terus berinovasi di bidang medis. “Kami libatkan juga peneliti bidang antropologi, dokter gigi, ekonomi, dan lainnya untuk kemajuan medis di Unair,” ucapnya.
Sumber: tempo.co