Putu Eka Andayani
Telemedicine telah digunakan secara luas di seluruh dunia, di negara maju maupun Negara berkembang di kota maupun di desa, di RS “biasa” maupun RS Pendidikan. Berikut ini contoh implementasi telemedicine di beberapa tempat di dunia dan dirangkum dari berbagai sumber.
- Di New York, suatu publikasi ditahun 2001 menyebutkan bahwa telemedicine digunakan oleh empat pusat emergency komunitas di jantung kota NY dan Vermont dilengkapi dengan dual-camera dan remote control dan dihubungkan dengan rumah tiga orang ahli bedah trauma yang ada di daerah pedesaan yang juga dilengkapi dengan fasilitas teleconference. Selama 8 bulan pengamatan, ada 26 kasus trauma yang dikonsultasikan lewat media teleconference ini. Kasus-kasus yang dikonsultasikan memang merupakan kasus dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Dua diantaranya bahkan menunjukkan bahwa dengan konsultasi lewat telemedicine dokter bedah mampu menyelamatkan nyawa pasien (The Journal of Trauma and Acute Surgery, December 2001, Volume 51 – Issue 6 – pp 1037-1041).
- Di India, Narayana Health bahkan telah menjadikan Telemedicine sebagai suatu departemen tersendiri dan menjalin kerjasama untuk pertukaran keahlian dan informasi dengan RS-RS di luar India (Malaysia, Mauritius, dan negara-negara di Sub-saharan). Telemedicine biasanya menjadi pintu masuk bagi pasien-pasien internasional yang dilayani di RS ini. Hingga kini Narayana Health telah memiliki network yang meliputi 332 RS (229 RS di daerah pedesaan/remote dan 33 RS spesialis di kota besar), memiliki network dengan 4-5 pusat layanan intensif dan 20 pusat telemedicine yang menyediakan layanan untuk mendukung pasien selama 24 jam, melayani 53 ribu pasien selama 10 tahun terakhir, berhubungan dengan pasien-pasien yang ada di Malaysia, Tanzania, Nigeria, Burundi, Zambia dan Bangladesh, dan ada 550 proram Continuing Medical Education yang telah dilaknsakan selama 5 tahun terakhir, dimana 2 RS sebagai basis melaksanakan CME ini dibangun tahun 2011. (www.narayanahospitals.com)
- UC Davis Children Hospital merupakan RS yang menyediakan layanan pediatrik tersier dan quaternary, berkapasitas 118 tempat tidur, memiliki 120 tenaga sub spesialis pada 33 area pengobatan pediatrik, termasuk critical care medicine, gastroenterology, hematology/oncology and urology. RS ini menyediakan layanan “pendampingan segera” menggunakan telemedicine bagi anak-anak yang sakit berat atau mengalami kecelakaan di daerah terpencil. Program telemedicine di critical care RS ini menyediakan program konsultasi dan evaluasi pengobatan emergensi, kardiologi dan berbagai kasus sub-spesialistis yang lain secara real-time. Saat ini RS ini sudah terhubung dengan 25 unit darurat di berbagai pelosok, 3 layanan rawat inap dan 1 layanan intensif komunitas. Dengan demikian, daerah terpencil juga dapat mengakses layanan sub-spesialistik anak yang terdapat di RS ini. (www.ucdmc.ucdavis.edu)
- Jurnal Psychiatric Service Bulan Februari 1999 memuat tulisan tentang layanan Klinik Telepsikiatri bagi anak-anak dan remaja di pedesaan di Pittsburg, Kansas. Saat itu memang banyak desa yang tidak memiliki akses pada layanan psikiatri bagi anak dan remaja, karena kurangnya dokter spesialis dan jarak tempuh yang cukup jauh. Klinik yang dioperasikan oleh University of Kansas Medical Center ini melayani anak yang mengalami gangguan jiwa berat dan anak-anak yang mengalami krisis dengan jumlah rata-rata 10-18 kasus per harinya. Kualitas interaksi melalui klinik telepsikiatri sama dengan kualitas interaksi face-to-face. Saat laporan ini dipublikasi, klinik tersebut telah berjalan selama tujuh tahun. Berdasarkan pengalaman yang didapat, maka disarankan adanya teleconference ynag lebih interaktif untuk memberikan pelayanan sub spesilistik yang dibutuhkan. (Psychiatric Service, February 1999, Vol. 50 No. 2).
- Journal of Telemedicine and Telecare terbitan tahun 1996 memuat sebuah artikel tentang aplikasi telemedicine pada suatu layanan kesehatan mental terintegrasi yang ada di RS Pendidikan (Royal Brisbane Hospital, Queesland, Australia). Menurut artikel ini, ada dua fasilitas yang saling terhubung yaitu Departemen Psikiatri di University of Queesland dengan Valley Community Mental Health Service (3 Km dari Royal Brisbane Hospital). Para Perawat di VCMHS dilatih (selama 2 jam) mengenai bagaimana menggunakan telemedicine dan menyiapkan manual-manual yang diperlukan. Setelah digunakan selama tiga bulan, sistem ini dievaluasi dan diperoleh hasil bahwa sistem ini digunakan untuk kegiatan internal dan eksternal. Untuk penggunaan internal, telemedicine ini digunakan untuk clinical work, komunikasi internal, handover perawat, ward round, dan hospital grand rounds. Sedangkan penggunaan eksternal biasanya dalam bentuk supervisi klinis, pengajaran, interview (kerja), meeting dengan user (misalnya untuk memperbaiki standar klinis) dan penggunaan lainnya. Dari berbagai aktivitas ini hal yang dianggap paling krusial namun sering dilupakan adalah faktor SDM dan pelatihan-pelatihan. Jadi bukan aspek teknologinya yang menjadi isu utama, melainkan SDM-nya. (Journal of Telemedcine and Telecare, Dec 1, 1996, 2: 205-209).
- Di New Zealand, sebuah studi di tahun 2000 terhadap biaya sosietal yang dikeluarkan pusat layanan kesehatan kulit yang memberikan layanan melalui real-time teledermatology dengan yang memberikan layanan secara konvensional. Dua pusat kesehatan desa dihubungan dengan pusat layaan kulit spesialistik di S melalui ISDN pada 128 kbit/s. seeah 10 bulan, sebanyak 203 pasien dirujuk ke dokter spesialis kulit dan 26 diantaranya di-follow up, sehingga totalnya ada 299 kegiatan konsultasi. 54% dirandomisasi ke layanan konsultasi teledermatology dan 46% lainnya ke layanan kesehatan konvensional. Biaya total untuk 123 kasus konsultasi teledermatologi adalah sebesar NZ$34,346 dan biaya total untuk 106 kasus konsultasi konvensional adalah sebesar NZ$30,081. Sehingga dengan demikian biaya sosietal rata-rata konsultasi teledermatologi adalah sebesar NZ$279.23 dan layanan konsultasi konvensional sebesar NZ$283.79. Biaya marginal untuk melayani pasien tambahan adalah sebesar NZ$135 jika melalui teledermatology dan sebesar NZ$284 jika dilakukan deganc ara konvensional. Dari sudut pandang sosietal, jika diasumsikan bahwa outcome kedua metode ini sama, maka teledermatology lebih cost-efficient dalam penggunaan sumberdaya dibandingkan dengan cara konvensional. (Journal of Telemedicine dan Telecare, Aug 1, 2001, 7: 233-238)
- Di Kamboja, layanan telemedicine berbasis email diimplementasikan di dua desa terpencil. Para dokter relawan di Brigman and Women’s Hospital, RS Umum Massachusetts dan Sihanouk Hospital Center of Hope di Phnom Penh memberikan konsultasi bulanan bagi para dokter lokal. Antara Februari 2001 hingga Mei 2005 ada 469 kegiatan teleconsultation. Sebanyak 214 kasus telemedicine melibatkan pasien baru ditangani pada 28 bulan pertama. Hasil survey menunjukkan sebagian besar pasien puas dan sangat puas dengan layanan melalui telemedicine,dan rata-rata mau membayar sebesar US$0.63 per kunjungan. Keberhasilan pilot program ini mengkonfirmasi value yang diberikan dari layanan telemedicine berbasis email untuk mendukung pekerja kesehatan non dokter di negara berkembang. (Journal of Telemedicine and Telecare 2005; 11 (Suppl. 2): S2:44-47.
- Sebuah studi di Norwegia menemukan bahwa telemedicine tidak hanya mengenai teknologi melainkan juga proses. Penggunaan telemedicine dipengaruhi oleh banyak faktor. Penelitian ini mencoba menguji factor apa yang mendorong para dokter umum menggunakan telemedicine untuk berkomunikasi dengan RS rujukan. Suatu interview kualitatif dilakukan terhadap 16 Dokter Umum (GPs). Ada layanan yang jarang dilakukan melalui telemedicine, namun ada juga yang sering menggunakan teknologi ini, misalnya teledermatologi. Para dokter ini melihat secara umum adanya manfaat yang jelas bagi pasien mereka melalui metode ini. Namun juga ada hambatan, yaitu membutuhkan waktu lebih banyak dan tidak adanya aturan yang jelas mengenai jasa medis bagi para dokter yang memberikan layanan melalui telemedicine ini. (Journal of Telemedicine and Telecare 2003, 9 (Suppl. 1): S1:17-18).