Jakarta, PKMK. Seluruh rumah sakit (RS) di Jakarta diharapkan telah terakreditasi di tahun 2014. Saat ini, yang telah mendapatkan akreditasi adalah 76 dari 153 RS di Jakarta. “Jadi, saat ini yang sudah terakreditasi sekitar 49 persen,” ucap Dien Emawati, Ketua Dinas Kesehatan DKI Jakarta, di Jakarta (17/4/2013). Masyarakat semakin kritis dalam menilai mutu pelayanan kesehatan dewasa ini, khususnya yang disajikan oleh RS. “Maka, pelatihan akreditasi bagi manajemen RS sangat penting,” ucap Emawati. Dengan pelatihan akreditasi, seluruh SDM di RS diharapkan benar-benar mengetahui standar pelayanan pasien. Alhasil, kasus malpraktek bisa semakin berkurang. “Pelatihan akreditasi RS di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1995. Itu dimulai dari akreditasi terhadap lima pelayanan dan berlanjut kepada 16 pelayanan,” tambah Emawati.
Sementara, Wakil Gubernur Propinsi DKI Jakarta Basuki T. Purnama (Ahok) menambahkan, pelatihan akreditasi memang sangat vital bagi RS di Indonesia. “Apalagi, di Jakarta sekalipun, RS yang sudah terakreditasi sekarang masih di bawah 50 persen,” ungkapnya. Pasien kelas atas dari Indonesia saat ini masih banyak yang meninggal di RS di Singapura. “Itu sebuah ironi karena sebenarnya peralatan medis RS kita lebih baik daripada di Singapura,” ucap Ahok. Banyaknya pasien kelas atas yang berobat di Singapura terkait tingkat kepercayaan yang relatif rendah terhadap pelayanan RS di Indonesia. “Anak saya pernah diharuskan mertua berobat ke Singapura. Ternyata di sana tidak perlu di-opname dan boleh pulang. Kalau ditangani RS kita, jangan-jangan harus rawat inap,” kata Ahok. RS tidak boleh menutupi adanya kejadian tidak terduga. Kejadian seperti itu harus dilaporkan secepat mungkin. “Untuk soal seperti itu, memang RS di Jakarta belum terlalu bagus. Padahal peralatan komunikasi kan sekarang banyak sehingga informasi seharusnya mengalir cepat,” Ahok menegaskan.