Jakarta, Transplantasi organ seringkali dijadikan pilihan utama untuk mengobati berbagai penyakit seperti gagal ginjal atau gangguan jantung dan paru-paru. Namun donor organ sendiri masih belum banyak. Khusus untuk pasien gagal ginjal, sekelompok peneliti dari AS terdorong untuk menciptakan ginjal buatan yang sementara baru bisa dipakai untuk binatang.
Ginjal merupakan organ yang paling banyak dicari untuk transplantasi, terutama di AS. Di negara adidaya tersebut tercatat ada sekitar 100.000 orang yang menderita gangguan ginjal stadium akhir dan menunggu organ ginjal untuk transplantasi, tapi belum sempat dilakukan operasi, 5.000 hingga 10.000 pasien diantaranya meninggal dunia tiap tahunnya karena tak kunjung mendapatkan donor ginjal.
Bahkan pada pasien yang telah mendapat cangkok ginjal, 18.000 pasien meninggal setiap tahunnya setelah mendapatkan donor ginjal karena organ yang mereka peroleh ditolak oleh tubuh. Para pakar sendiri memastikan 40 persen organ gagal dicangkokkan dalam kurun waktu 10 tahun, bahkan dampaknya bisa fatal.
Sebenarnya sudah banyak studi yang berupaya menciptakan ginjal buatan paling fungsional seperti dengan menggunakan teknik 3D printing, tapi sejauh ini ginjal dianggap sebagai salah satu organ yang pembuatannya paling rumit.
“Jika organ buatan ini dapat bekerja secara efektif pada tikus, maka kami dapat meningkatkan skalanya agar dapat dicangkokkan pada manusia, lalu teorinya para pasien yang tengah menunggu donor ginjal dapat menerima organ baru dari sel-sel mereka sendiri,” ungkap Dr. Harald Ott dari Center for Regenerative Medicine di Massachusetts General Hospital, Boston. Dr. Ott merupakan ketua tim peneliti studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Medicine ini.
Tak hanya itu, temuan ini bisa jadi meminimalisir risiko penolakan organ cangkok sekaligus menyediakan lebih banyak organ untuk transplantasi.
Awalnya Ott dan rekan-rekannya menggunakan ginjal dari 68 tikus dan membersihkannya dengan deterjen agar sel-selnya yang telah usang ikut terbuang sehingga yang tertinggal hanyalah perancahnya (renal scaffold), lengkap dengan ‘pipa-pipa’ fungsional yang ada pada ginjal, dari filter hingga ureter.
Setelah itu perancah tersebut disimpan di dalam sebuah oven yang dirancang khusus menyerupai kondisi di dalam tubuh tikus selama 12 hari. Peneliti juga ‘menanami’ perancah tersebut dengan sel-sel ginjal dari tikus yang baru lahir dan sel pembuluh darah dari donor manusia.
Untuk memastikan masing-masing sel tersebut masuk ke organ yang tepat, peneliti menanamkan sel-sel vaskular tersebut melalui arteri ginjal dan sel-sel ginjal melalui ureter.
Lalu setelah dicangkokkan ke dalam tubuh tikus yang ginjal aslinya telah diangkat, peneliti melaporkan produksi urin dari ginjal buatan ini mencapai 23 persen dari kemampuan ginjal asli. Organ buatan ini juga diketahui dapat menyaring kotoran layaknya ginjal asli meskipun secara keseluruhan efektivitas ginjal buatan itu menurun sebesar lima persen.
“Namun memulihkan sebagian kecil fungsi ginjal normal sendiri sudah lebih dari cukup. Pasalnya ketika Anda tengah menjalani hemodialisis lalu fungsi ginjal Anda sudah bisa naik dari 10 persen menjadi 15 persen saja maka Anda bisa dinyatakan tak perlu hemodialisis lagi. Bukan berarti kondisi ginjalnya harus 100 persen baik,” pungkas Dr. Ott seperti dilansir BBC, Selasa (16/4/2013).
Kendati begitu, temuan ini masih memiliki sejumlah kelemahan. Diantaranya teknik yang dipakai pun harus lebih efisien agar fungsi ginjal yang dapat dikembalikan dengan teknik ini dapat lebih besar. Tim peneliti juga perlu membuktikan bahwa ginjal buatan mereka dapat berfungsi dalam jangka waktu yang lama.
Belum lagi peneliti masih dihadapkan pada tantangan untuk memperbesar ukuran ginjal agar dapat dicangkokkan pada manusia. Pasalnya cukup sulit untuk menempatkan sel-sel yang dibutuhkan ginjal buatan ini jika ukuran organnya lebih besar.
Sumber: health.detik.com
–
Berita Terkait: