Liputan Lokakarya Diseminasi Hasil Kegiatan Sister Hospital dan Performance Management & Leadership di Provinsi NTT, Periode Juni – Oktober 2012
Banyak hal menarik yang terungkap dari lapangan berdasarkan hasil evaluasi kualitatif terhadap program Sister Hospital. Hasil ini dipaparkan oleh DR. Dra. Atik Triratnawati, MA sebagai pakar dalam bidang sosiologi kesehatan. Dari Monev yang dilakukan terhadap sebelas RS Mitra B di NTT, Beberapa RS – misalnya RSUD Soe – menyatakan secara eksplisit bahwa mereka perlu terus didampingi hingga beberapa tahun kedepan agar bisa mandiri.
Pada sebagian RS ditemukan bahwa residen bertindak hanya sebagai konsultan, tidak melayani di Poliklinik. Oleh karena itu, diharapkan pada tahun-tahun mendatang residen juga dapat dan mau menangani pasien di Poliklinik. Yang menarik adalah bahwa ada RS Mitra A yang masih ingin meneruskan kerjasama dan bermitra dengan RSUD Mitra B pasangannya, namun ada juga yang ingin “berganti pasangan”. Hal ini tentunya tidak terlepas dari ikatan yang telah terjalin antara kedua belah pihak, yang dipengaruhi oleh berbagai hal.
Point terpenting yang dari hasil evaluasi ini adalah bahwa jangka waktu dua tahun belum mampu membentuk etos kerja, budaya organisasi dan disiplin yang diharapkan untuk mendorong kemajuan RS. Masih dibutuhkan waktu lebih panjang agar kesemuanya ini terbentuk dan menjadi faktor keberhasilan jangka panjang RS Mitra B.
Ada keluhan juga terhadap RS Mitra A bahwa materi yang disajikan pada proses capacity building tidak berubah secara signifikan dari waktu ke waktu sehingga menimbulkan kebosanan. Kelompok aramedis lebih siap untuk mengikuti proses perubahan ini dibanndingkan dengan kelompok medis. Disisi lain RS Mitra A mengeluhkan bahwa masih banyak “jam karet” sehingga waktu yang tersedia tidak dapat dimanfaatkan secara optimal, kurangnya kemandirian direktur dalam meningkatkan pengetahuan, adanya janji.janji untuk menaikkan insentif bahkan gaji, dan sebagainya yang berpengaruh terhadap motivasi dan proses capacity building.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil monitoring dan evaluasi ini adalah:
-
Ada keragu-raguan jika ditinggal, masih dibutuhkan pendampingan baik pelayanan, manajemen dan administrasi.
-
Perlu membentuk solusi yg cepat agar trbentuk iklim yang kondusif.
-
Perlunya advokasi pihak mitra A ke pemda terkait exit strategi ini.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, DR. Atik mengusulkan solusi sebagai berikut:
-
cultural competency: semua harus menghargai saling pengertian
-
dibentuknya relationship RS, bagaimana jika humas yang tidak ada di RS dibangun lagi/dibentuk kembali karena penyebab konflik adalah kerena kurangnya intersitas berkomunikasi
-
ada outbound bisa juga piknik bersama
-
terkait dengan disiplin perlu ada komitmen (garis komando)