Tulisan sebelumnya telah memaparkan manfaat luar biasa ASI, bagi bayi maupun ibu. Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif akan lebih tangguh dalam menghadapi serangan berbagai penyakit, termasuk mengurangi risiko penyakit degeneratif saat tumbuh menjadi dewasa dan tua. Jika sejak bayi selalu sehat hingga dewasa, tentu masa-masa produktif akan lebih panjang dibandingkan dengan orang yang sering sakit. Produktifitas yang tinggi akan membawa pada kemajuan dari berbagai aspek. Jika ini terjadi secara massal, maka Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia pasti akan lebih baik.
Namun sayangnya ada fakta menyedihkan dimana sebagian penduduk planet ini menganggap hak asasi bayi untuk mendapatkan ASI adalah ide yang aneh. Dan meskipun gerakan breastfeeding telah meningkatkan angka ASI Eksklusif secara global namun di Indonesia angkanya justru menurun. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah baru-baru ini mengeluarkan peraturan (PP No 33/2012) mengenai pemberian ASI Eksklusif. Namun tentu ini saja tidak cukup. Masih diperlukan peran pemerintah lebih jauh agar PP ini dapat diimplementasikan dan membawa dampak pada peningkatan gizi bayi/balita yang pada akhirnya meningkatkan kualitas generasi mendatang dari aspek ketahanan terhadap penyakit. Rumah sakit juga memegang peranan sangat penting dalam menyukseskan program pemberian ASI Eksklusif ini.
Sebelum membahas mengenai pemerintah dan RS lebih jauh, sebaiknya diketahui lebih dulu penyebab rendahnya pemberian ASI Eksklusif. Menurut Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu Anak Kemenkes, Slamet Riyadi Yuwono sebagaimana dilansir Kompas beberapa waktu yang lalu, penyebabnya antara lain:
1. Belum semua RS terapkan 10 LMKM (Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui)
2. Belum semua bayi memperoleh IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
3. Jumlah konselor menyusui masih sedikit
4. Promosi susu formula masih gencar
5. Belum semua kantor dan fasilitas umum membuat ruang menyusui
Pada penyebab pertama jelas RS merupakan pihak yang bertanggung jawab. Sedangkan pada penyebab keempat hingga kelima, semuanya sangat mungkin juga terjadi di RS.
Selain itu ada beberapa faktor yang juga berperan pada rendahnya angka ASI Eksklusif di Indonesia, antara lain:
1. Ibu-ibu kurang percaya diri memberikan ASI secara penuh
2. Tidak terbiasa melakukan pemerahan ASI
3. Kurangnya dukungan keluarga dan masyarakat dimana beban kerja ibu menyusui tidak dikurangi
4. Mitos dan persepsi yang salah mengenai makanan yang tepat untuk bayi
©PMPK FK UGM – 2012
1. Peran Pemerintah dalam Gerakan Pemberian ASI Eksklusif
2. Peran RS dalam Gerakan Pemberian ASI Eksklusif
b. Praktek-praktek di Negara Lain
Catatan:
Tulisan ini adalah sambungan dari tulisan sebelumnya „Healthy Baby Healthy Planet“