manajemenrumahsakit.net – TUTUYAN, ME : Komitmen Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) untuk peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat terus diupayakan. Setelah sebelumnya telah berhasil membangun Puskesmas inap plus di tiga kecamatan masing-masing di kecamatan Kotabunan, kecamatan Nuangan dan kecamatan Modayag, pada tahun 2015 mendatang Pemkab Boltim rencananya akan membangun Rumah Sakit Pemerintah yang akan di beri nama
Pemprov Ajukan Raperda Retribusi Pelayanan “RSGM”
manajemenrumahsakit.net – Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) – Pemerintah Provinsi (Pemprov)Kalimantan Selatan mengajukan Raperda tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Pada Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Gusti Hasan Aman.
Dalam rapat paripurna DPRD Kalsel yang dipimpin ketuanya Kolonel Inf (Purn) Nasib Alamsyah di Banjarmasin, Seni, gubernur setempat H Rudy Ariffin mengatakan, pembangunan kesehatan salah satu urusan wajib bagi pemerintah daerah.
Begitu pula kesehatan salah satu kebutuhan hidup yang mendasar bagi setiap orang, lanjut orang nomor satu di jajaran pemerintah provinsi (Pemprov) Kalsel tersebut.
Karena itu, menurut dia, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kalsel pemerintah daerah setempat memandang penting untuk menyediakan fasilitas kesehatan yang memadai.
Selain kesehatan pada umumnya, kesehatan gigi dan mulut dalam perkembangan semakin menjadi kebutuhan yang tak dapat diabaikan, tandas Gubernur Kalsel dua periode itu.
Oleh karena itu, dengan berdirinya Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) milik Pemprov tersebut diharapkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi masyarakat Kalsel dapat terakomodasi secara baik, cepat, mudah dan terjangkau, lanjutnya.
“Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa rumah sakit merupakan institusi padat modal, padat tenaga kerja dan padat teknologi,” ujarnya.
“Apalagi dalam perkembangan teknologi perumahsakitan belakangan sangat pesat, baik bidang kedokteran gigi, keperawatan maupun administrasi rumah sakit,” tambahnya.
Menurut dia, RSGM Gusti Hasan Aman dalam melaksanakan tugas dan fungsinya juga tidak terlepas dari pengaruh globalisasi, perkembangan teknologi perumahsakitan, terutama tuntutan untuk memberikan pelayanan yang semakin berkualitas dan variatif.
Untuk itu pula, memerlukan biaya operasional yang cukup tinggi guna dapat mempertahankan serta meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di RSGM Gusti Hasan Aman.
Guna mengatasi persoalan pembiayaan tersebut, melalui Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka pemerintah daerah mempunyai hak antara lain memungut pajak daerah dan retribusi daerah.
“Partisipasi masyarakat dalam pembiayaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan memang perlu. Sebab kemampuan keuangan daerah terbatas dan di sisi lain masih banyak kepentingan pembangunan dan pemerintah yang harus dibiayai APBD,” ujarnya.
“Dalam kaitan persoalan pembiayaan itu pula, Pemprov mengajukan Raperda retribusi pelayanan kesehatan pada RSGM Gusti Hasan Aman,” demikian Rudy Ariffin.
Peresmian RSGM Gusti Hasan Aman yang berdekatan atau satu komplek dengan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin itu belum sampai setahun. Sedangkan nama RSGM tersebut diambil dari nama salah seorang mantan Gubernur Kalsel yang sudah meninggal dunia./e
Sumber: kalsel.antaranews.com
RS Bakti Rahayu Gelar Aksi Sosial
manajemenrumahsakit.net – DENPASAR,Pos Bali-Memperingati HUT ke-17, Rumah Sakit Bakti Rahayu menggelar acara donor darah di Bale Banjar Lumbung Sari, Jumat (4/7) kemarin. Dengan mengusung tema
Rumah Sakit Arab Kebanjiran Pasien Gangguan Perut di Awal Ramadan
manajemenrumahsakit.com – Para dokter di Uni Emirat Arab telah melaporkan peningkatan jumlah pasien rumah sakit dengan masalah perut sejak awal Ramadan. DemikianThe National melaporkan akhir pekan lalu.
Bagian gawat darurat penuh pasien dengan masalah perut, terkait kelebihan makan selama buka puasa dan masalah ginjal karena dehidrasi selama jam puasa.
Menurut surat kabar tersebut, dokter mengatakan bahwa orang-orang yang datang ke rumah sakit tersebut naik dua kali lipat daripada jumlah normal.
“Kami mendapatkan lebih banyak pasien menderita sakit perut karena pola makan salah setelah berpuasa,” Dr Biniam Tesfayohannes, Kepala Departemen Gawat Darurat di Rumah Sakit Mafraq di Abu Dhabi.
“Kebanyakan pasien menderita gangguan perut setelah menyantap makanan dengan sangat cepat saat berbuka puasa. Beberapa pasien lain makan karbohidrat terlalu banyak, sehingga menderita kembung,” lanjut Tesfayohannes.
Sementara itu Dr Mohamed Magdi, seorang spesialis pengobatan darurat di sebuah rumah sakit di Dubai mengatakan, “Kebanyakan pasien memiliki gastroenteritis (masalah pencernaan). Mereka muntah, diare, dansakit perut.”
“Jangan terburu-buru untuk makan dalam jumlah besar. Makanlah secara bertahap, dengan meningkatkan jumlah makanan yang kita makan secara perlahan. Kami menyarankan agar selama sahur santap makanan ringan dan jaga kebersihan makanan,” kata Mohamed.
Dr Salwan Ibrahim, Middle East medical director for International SOS, sebuah perusahaan kesehatan global, mengatakan, “Makanlah dengan bijaksana, istirahat yang cukup. Berbuka puasalah dengan porsi kecil dan kemudian menunggu 10 menit untuk mengkonsumsi lebih banyak makanan yang kaya mineral.”
Penulis: Nessy Febrinastri/FAB
Sumber: beritasatu.com
Rumah Sakit di AS Mengejar Data Para Pasien
manajemenrumahsakit.net – Pengiklan bukanlah satu-satunya pihak yang tertarik pada pola kebiasaan pengeluaran Anda, rumah sakit dan perusahaan asuransi joke turut memperhatikan hal ini juga. Carolina HealthCare yang mengoperasikan ratusan fasilitas kesehatan dari rumah sakit sampai rumah jompo dan pusat-pusat perawatan di seluruh Amerika Utara dan Selatan Carolina, membeli information transaksi pembelian dan informasi lainnya yang dilakukan oleh para pasien, menurut Bloomberg Businessweek.
Data, termasuk sejarah pembelian dan informasi seperti kredit mobil, dimasukkan melalui suatu algoritma yang memberikan skor risiko untuk pasien. Informasi yang didapat dalam bentuk skor kemudian dapat dibagikan kepada para dokter. Data seperti informasi keanggotaan gym pasien atau seberapa sering mereka membeli rokok digunakan dalam perhitungan skor.
Perusahaan asuransi dan rumah sakit tertarik menggunakan information konsumen dengan cara ini untuk membantu memotong biaya dan memprediksi penyakit yang akan diderita oleh seseorang. Sementara perusahaan asuransi di AS tidak lagi diperbolehkan untuk meningkatkan premi, perusahaan dapat menghemat uang dengan mencoba untuk secara proaktif mencegah kondisi kesehatan berdasarkan data. Atau, rumah sakit dapat mengidentifikasi pasien yang cenderung sangat bergantung pada ruang gawat darurat, dan secara proaktif menyediakan sumber daya untuk membantu mengurangi biaya ER yang mahal. Ini merupakan salah satu aplikasi terbaru dari kolaborasi bidang medis dan teknologi secara bersamaan.
Sumber: rumahberita.com
Peresmian Rumah Singgah RSUP Dr. Kariadi Oleh Gubernur Jateng
manajemenrumahsakit.net Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo meresmikan Rumah Singgah RSUP Dr. Kariadi pada hari Senin, 7 Juli 2014. Rumah singgah yang dikelola Dharma Wanita Persatuan RSUP Dr. Kariadi ini diperuntukkan sebagai tempat tinggal sementara bagi pasien luar kota yang memerlukan tempat untuk menginap namun tidak mempunyai biaya.
Direktur Utama RSUP Dr. Kariadi, Dr. Bambang Wibowo, Sp. OG (K) dalam laporannya mengungkapkan bahwa pembangunan Rumah Singgah ini sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat yang selama ini sangat membutuhkan tempat penginapan namun tidak mampu membayar penginapan. Hal ini biasa terjadi pada pasien kemoterapi dan radioterapi yang sedang melakukan program kemo atau penyinaran yang biasa berlangsung secara periodik. dalam proses pengobatan tersebut, pasien selama satu bulan diharuskan melakukan tahapan pengobatan secara terus menerus, sehingga pasien yang berasal dari luar kota sangat kerepotan jikalau harus pulang pergi setiap hari. Oleh karena itu kehadiran Rumah Singgah ini sangat membantu pasien yang kesulitan untuk menginap.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo sangat meyambut baik adanya Rumah Singgah ini, diharapkan kapasitas yang ada pada tahun depan dapat ditambah, mengingat banyaknya warga Jawa Tengah yang menaruh harapan besar terhadap layanan kesehatan yang ada di RSUP Dr. Kariadi.
Rumah Singgah RSUP Kariadi Jamin Pasien Tak Kleleran
SEMARANG – Keberadaaan rumah singgah sangat diperlukan bagi pasien yang kurang mampu yang berada di wilayah Jawa Tengah. Rumah singgah dapat menjadi tempat tinggal sementara dan bagi masyarakat yang memerlukan tempat untuk menginap namun tidak mempunyai biaya.
Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH mengatakan selama ini masih ada sejumlah keluhan pasien yang merasa ditelantarkan di rumah sakit, dan diletakkan di lorong-lorong karena keterbatasan ruang perawatan inap. Dia menyambut baik terobosan yang dilakukan pihak RSUP Dr Kariadi Semarang untuk membuat rumah singgah.
Peserta BPJS Kesehatan Berharap Rumah Sakit Bertambah
manajemenrumahsakit.net – Jakarta (Antara Kalbar) – Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan berharap rumah sakit dan klinik yang bekerja sama bisa diperbanyak sehingga memudahkan masyarakat yang memerlukan layanan kesehatan.
“Dalam keadaan darurat, orang pasti akan memilih rumah sakit terdekat. Kalau tidak semua rumah sakit melayani BPJS, tentu akan menyusahkan masyarakat,” kata Didik Suhartono (57) di Jakarta, Minggu.
Didik otomatis menjadi peserta BPJS Kesehatan karena sebelumnya menjadi peserta Askes. Dia sudah pernah merasakan layanan kesehatan BPJS Kesehatan ketika harus dirawat dan menjalani operasi tumor usus.
Pensiunan pegawai negeri sipil juga mengeluhkan obat dan alat kesehatan yang harus diambil sendiri oleh pasien atau keluarganya, tidak boleh oleh perawat atau tenaga kesehatan lainnya.
Hal itu, kata dia, berbeda dengan pelayanan di rumah sakit untuk pasien non-BPJS yang ketersediaan obat dan alat kesehatan relatif lebih mudah karena pasien harus menyerahkan deposit terlebih dahulu saat awal masuk rumah sakit.
“Kalau pasien non-BPJS yang sudah deposit uang, pihak rumah sakit mudah sekali menyediakan obat. Kalau pasien BPJS, harus diambil sendiri. Bagaimana kalau pasien tidak ada keluarga yang mendampingi dan tidak bisa mengambil sendiri,” tuturnya.
Didik juga mengeluhkan kualitas alat kesehatan yang diberikan BPJS. Karena penanganan penyakitnya belum usai, Didik harus dibuatkan “colostomy” atau anus buatan di perutnya untuk sementara.
Nah, kantong “colostomy” yang disediakan BPJS Kesehatan untuk menampung kotoran ternyata mudah terlepas karena perekatnya kurang melekat dengan kulit. Selain itu, kantong “colostomy” yang disediakan juga hanya bisa digunakan satu kali pakai.
“Akhirnya saya membeli sendiri kantong ‘colostomy’ yang bisa merekat lebih kuat dan tidak sekali pakai sehingga lebih praktis digunakan bila bepergian,” katanya.
(D018/Z. Abdullah)
Sumber: antarakalbar.com