Penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi, diabetes, penyakit jantung, dan gangguan mental kini menjadi tantangan utama kesehatan masyarakat, termasuk di lingkungan perguruan tinggi. Menurut World Health Organization (WHO), PTM bertanggung jawab atas sekitar 74% dari seluruh kematian global, dengan sebagian besar berkaitan dengan faktor risiko gaya hidup seperti kurang aktivitas fisik, pola makan tidak sehat, konsumsi alkohol, dan stres berkepanjangan (1). Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan peningkatan prevalensi PTM di usia produktif, termasuk di kalangan mahasiswa (2,3). Studi oleh Global Burden of Disease (GBD) juga menunjukkan bahwa PTM dan gangguan mental kini mendominasi beban penyakit global, menggantikan dominasi penyakit menular (4). Jika dibiarkan tanpa pendekatan promotif dan preventif yang sistematis, perguruan tinggi sebagai lingkungan pendidikan berisiko menjadi episentrum masalah kesehatan kronis yang menghambat pembangunan sumber daya manusia berkualitas, terutama menuju Indonesia Emas 2045.
Wellness-Campus dan Health Promoting University
Untuk mengatasi hal ini, konsep Wellness-Campus yang dikelola oleh Unit Health Promoting University (HPU) menjadi kerangka strategis yang dapat diterapkan oleh perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Konsep ini berangkat dari pandangan bahwa institusi pendidikan bukan hanya tempat belajar, tetapi juga lingkungan yang membentuk kebiasaan dan perilaku hidup sehat jangka panjang. HPU merupakan pendekatan komprehensif yang dikembangkan oleh WHO untuk mendorong integrasi kebijakan, budaya, layanan, dan infrastruktur kampus yang mendukung kesehatan fisik, mental, dan sosial seluruh sivitas akademika. Penelitian oleh Milton et al. menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengikuti program kebugaran di kampus memiliki literasi kesehatan lebih tinggi dan tingkat kepuasan akademik yang lebih baik (5). Namun demikian, efektivitas jangka panjang dari program wellness-campus masih memerlukan penguatan evaluasi dan dukungan sistematis (7).
Pilar Strategi Implementasi Kampus Sehat
Untuk mengimplementasikan konsep kampus sehat secara operasional, perguruan tinggi dapat mengadopsi empat pilar utama. Pertama, pemantauan kesehatan berkala berbasis teknologi, yang dapat diwujudkan melalui integrasi sistem rekam medis personal (Personal Health Record/PHR) dengan platform digital resmi pemerintah, yaitu SATUSEHAT dari Kementerian Kesehatan (9). SATUSEHAT merupakan ekosistem data kesehatan nasional yang memungkinkan pencatatan hasil pemeriksaan kesehatan berkala (misalnya pengukuran level kebugaran, tekanan darah, kadar gula darah, indeks massa tubuh, dan kolesterol) melalui kegiatan posbindu atau skrining rutin di kampus. Melalui integrasi ini, mahasiswa dan tenaga pendidik dapat memantau status kesehatannya secara mandiri, sementara pengelola kampus dapat mengakses data agregat sebagai dasar pengambilan keputusan program promotif-preventif (9).
Pilar kedua adalah gaya hidup aktif dan edukasi kesehatan, yang dapat dikembangkan melalui penyediaan kegiatan fisik seperti jalan sehat, senam bersama, serta edukasi digital melalui webinar, pemanfaatan Massive Open Online Course (MOOC), dan kampanye media sosial. Pilar ketiga yakni penguatan kesehatan mental, yang harus menjadi prioritas melalui layanan konseling, pelatihan manajemen stres, mindfulness, dan pembentukan kelompok pendukung sebaya (peer support group). Kesehatan mental kerap kali terabaikan padahal memiliki dampak besar terhadap prestasi akademik dan kesejahteraan mahasiswa (6,7). Terakhir, pilar keempat, penguatan kebijakan institusional, misalnya mewajibkan skrining kesehatan sebagai syarat kelulusan, menyediakan kantin sehat, dan insentif bagi dosen dan mahasiswa yang aktif dalam kegiatan kebugaran. Kebijakan ini perlu didukung dengan sistem pemantauan berbasis data agar capaian program dapat diukur secara berkelanjutan.
Peran Teknologi Kesehatan Digital
Peran teknologi digital, khususnya melalui aplikasi SATUSEHAT Mobile, sangat krusial dalam membangun ekosistem kampus sehat. Aplikasi ini memungkinkan mahasiswa mencatat aktivitas fisik, menerima notifikasi pengingat pemeriksaan kesehatan, dan bahkan terhubung dengan layanan konsultasi kesehatan. SATUSEHAT juga dirancang untuk mendorong interoperabilitas data antarfasilitas layanan kesehatan, termasuk posbindu, puskesmas, dan rumah sakit mitra kampus (9). Di masa mendatang, SATUSEHAT dapat dikembangkan menjadi platform yang lebih luas untuk pemantauan gizi, psikologi, dan kebugaran secara terpadu berbasis rekomendasi dari hasil asesmen kesehatan individual (10).
Menuju Jaringan Kampus Sehat Nasional
Penerapan konsep wellness-campus di lingkungan perguruan tinggi harus dilihat sebagai investasi strategis dalam pembangunan sumber daya manusia unggul. Setiap perguruan tinggi dapat memulai dari skala kecil melalui program percontohan, lalu mengembangkan sistem jaringan antar-kampus sehat yang saling berbagi praktik baik dan inovasi. Dengan dukungan kebijakan nasional dan pemanfaatan teknologi kesehatan digital, konsep kampus sehat dapat menjadi gerakan nasional yang mempercepat pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya pada aspek kesehatan dan pendidikan.
Daftar Pustaka:
- World Health Organization. Noncommunicable diseases: Key facts [Internet]. 2022 [cited 2025 Apr 30]. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/noncommunicable-diseases.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Penyakit tidak menular [Internet]. 2022 [cited 2025 Apr 30]. Available from: https://promkes.kemkes.go.id/penyakit-tidak-menular.
- Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2018.
- Vos T, Lim SS, Abbafati C, Abbas KM, Abbasi M, Abbasifard M, et al. Global burden of 369 diseases and injuries in 204 countries and territories, 1990–2019: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2019. Lancet. 2020;396(10258):1204–22. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(20)30925-9.
- Milton J, O’Sullivan G, Savage R. The fitness and wellness IQ: Development and validation of a knowledge assessment tool. Int J Health Promot Educ. 2012;50(4):158–66.
- Hoomissen J, Downs L. Building a Culture of Wellness at the University Level: Creating Collaborative Programming for Students and Employees. Am J Health Educ. 2021;52(2):75–85.
- Beauchemin J, Gibbs T, Granello DH. Wellness course impact on college students’ mental health and health behaviors. J Am Coll Health. 2018;66(7):564–72.
- VanSickle JL, McClaran SR, Koceja DM. Perceptions of health and physical education faculty members regarding their academic units: Challenges and opportunities. Quest. 2010;62(2):192–204.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. SATUSEHAT: Ekosistem data kesehatan Indonesia [Internet]. 2023 [cited 2025 Apr 30]. Available from: https://satusehat.kemkes.go.id/
- Health Information and Management Systems Society [Internet]. [cited 2025 Apr 30]. Available from: https://www.himss.org/.