Reportase Seri Webinar Renstra Topik 2:
Pengelolaan RS dengan Pengguna Non BPJS
9 Januari 2024
Webinar Pengelolaan RS dengan Pengguna Non BPJS ini merupakan topik kedua atau kelanjutan dari serial Webinar Strategi Rs Pasca Berlakunya UU Nomor 17 Tahun 2023 Tentang Kesehatan. Webinar ini diisi oleh Assoc. Prof. Hans P. Wijaya, MM selaku pemateri dan dimoderatori oleh Ni Luh Putu Eka Andayani, SKM., M.Kes (Kepala Divisi Manajemen Rumah Sakit PKMK FK-KMK UGM).
Sebelum paparan materi, terdapat pengantar yang disampaikan oleh Prof. dr. Laksono Trisnantoro, PhD. Laksono menyampaikan mengenai rencana serial webinar tentang Rencana Strategi Rumah Sakit, lengkapnya dapat disimak melalui link berikut ini link pengantar .
Hans menyampaikan bahwa karakteristik pasar non BPJS antara lain value proposition yang ditawarkan oleh rumah sakit (kelebihan yang ada dalam rumah sakit), banyak pilihan, less volume-higher margin, dan blue ocean (pasarnya masih sedikit, karena beberapa pasien masih memilih berobat ke luar negeri). Semangat transformasi kesehatan bermaksud untuk mencapai equity (kesamaan pelayanan), accessability (kemudahan akses baik di kota maupun daerah terpencil), dan affordability (terjangkau).
Dalam tren kenaikan biaya kesehatan, inflasi dalam bidang kesehatan selalu lebih tinggi dari inflasi umum pada 2019-2021, hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia namun terjadi di negara-negara lain di dunia. Artinya ini masalah serius karena jika tidak dapat diatasi dengan baik maka keterjangkauan akan kesehatan dapat semakin jauh.
Dalam konteks rumah sakit, salah satu dampaknya dari transformasi kesehatan adalah optimalisasi klinik, bagaimana klinik dapat lebih berdaya untuk melakukan tindakan-tindakan yang tadinya hanya bisa dilaksanakan di rumah sakit. Artinya akan ada produk subsitusi layanan yang ada di rumah sakit.
Selain itu, Hans menyampaikan terdapat perubahan model bisnis di rumah sakit. Terjadi migrasi pelayanan rumah sakit yang dapat dilakukan di klinik bahkan di rumah seperti layanan home care. Menurut Hans, sumber utama layanan saat ini sudah bukan lagi di obat. Bahkan, Hans menyampaikan konsep bahwa Rumah Sakit Masa Depan yaitu rumah sakit yang hadir di rumah dengan memanfaatkan teknologi. Ada beberapa klinik di Jakarta sudah menerapkan konsep tele-rehab, dimana menggunakan artificial intelligence dan telemedisin menggunakan on-clinic dan off-clinic. On Clinic menggunakan teknologi telemedisin dan off-clinic-nya menggunakan layanan home care.
Hilirasi retail health, khususnya untuk pasien premium akan memiliki pilihan pengobatan di klinik. Sebagian klinik sudah bisa melakukan bedah plastik, tindakan-tindakan infasif, sedasi yang tidak menggunakan intubasi dapat dilaksanakan. Sehingga banyak pasien yang memilih pindah ke klinik. Hal ini didukung karena akses ke klinik lebih mudah, struktur biayanya lebih murah, dan gesit. Sementara ini, sebagian pasien masih memilih rumah sakit untuk layanan rawat inap, multi modalitas, dan asuransi komersial.
Dari tahun ke tahun, terjadi peningkatan pengguna asuransi komersial dan mengurangi pasien out of pocket. 70% pasien menggunakan asuransi komersial, hanya 30% yang menggunakan out of pocket, terutama pasca pandemi COVID-19. Pertanyaan menariknya, bisnis model rumah sakit akan menjadi seperti apa ke depan?, 1) Bisnis model rumah sakit harus menjadi layanan unggulan, 2) Rumah sakit harus ada di dalam jaringan sistem kesehatan terintegrasi antara layanan primer dan layanan rujukan, maka banyak rumah sakit-rumah sakit yang saat ini membuka klinik untuk menunjang sistem kesehatannya, 3) Secara umum akan terjadi penurunan jumlah tempat tidur di rumah sakit, 4) Pentingnya integrasi rumah sakit dengan klinik, laboratorium kesehatan, dan juga penggunaan teknologi telemedisin.
Namun, ada beberapa kendala di rumah sakit swasta yang perlu ditanggulangi, kendala tersebut antara lain: 1) rumah sakit dan dokter masih belum patient centered care, 2) rumah sakit tidak tahu, mau atau mampu untuk investasi teknologi baru, 3) sulit mencari tenaga dokter subspesialis, 4) tenaga subspesialis lebih sering menangani pasien non subspesialisasinya karena lebih banyak pasiennya, serta 5) rumah sakit tidak memiliki networking partners.
Strategi kunci yang dapat dilakukan adalah 1) Membangun health system, bukan lagi stand alone hospital, 2) integrasi dan kerjasama dengan klinik dan rumah sakit horizontal, 3) fokus di beberapa layanan unggulan rumah sakit, 4) Rumah sakit perlu memikirkan layanan di luar tempatnya, misalnya layanan dirumah (home care), di resort, dan sebagainya. 5) melakukan branding, 6) inovasi dengan menggunakan teknologi dan model bisnis yang tepat.
Reporter: Fajrul FF
WEBINAR SERIES #2
STRATEGI RS PASCA BERLAKUNYA UU NO. 17 TAHUN 2023 TENTANG KESEHATAN
Topik II: Pengelolaan RS dengan Pengguna Non-BPJS
Latar Belakang
Transformasi Pelayanan Rujukan yang diperkuat dengan UU Kesehatan 2023 bertujuan untuk meningkatkan mutu dan akses pelayanan rumahsakit untuk seluruh Indonesia dan untuk meningkatkan kemampuan bersaing dengan RS-RS di LN. Diskusi pada Webinar Seri #1 yang dilanjutkan dengan diskusi melalui platform Whatsapp® menunjukkan bahwa bagi kebanyakan RS di Indonesia, melayani pasien yang ditanggung BPJS masih menjadi pilihan utama[1]. Hal ini berkaitan dengan kewajiban melayani pasien BPJS bagi RS pemerintah dan kelancaran cash flow bagi RS swasta maupun RS pemerintah. Dengan coverage yang mencapai 90,3% pada tahun 2023[2], segmen pasar pasien BPJS memang menggiurkan. Padahal, pendanaan kesehatan yang dikelola oleh BPJS masih bertumpu pada PBI, sedangkan APBN menghadapi tantangan defisit.
Sementara itu, pada persaingan global, Indonesia hanya menjadi pangsa pasar potensial dengan tingginya minat dan kemampuan sebagian masyarakat Indonesia untuk mengakses pelayanan di negara lain[3]. Situasi ini menimbulkan tuntutan bagi RS-RS di Indonesia untuk meningkatkan daya saing.
Kemampuan untuk menggunakan model berpikir Sense Making sangat penting bagi para manajer RS untuk dapat mengantisipasi berbagai dampak dari kebijakan dan regulasi tersebut. Diperlukan kemampuan analitis untuk melihat bahwa sumber pendanaan RS tidak terbatas melalui BPJS, namun juga dari askes komersial, filantropi, dan out-of-pocket. DIsamping itu tidak semua teknologi dan pelayanan kesehatan masuk menjadi Paket Manfaat BPJS misalnya home-care, MCU, operasi dan pengobatan dengan teknologi baru yang belum masuk HTA, sampai ke pelayanan kosmetik. Silahkan klik Pengantar untuk Webinar Seri #2 ini.
Tujuan
Webinar seri kedua ini bertujuan untuk membahas isu-isu:
- Dengan model berpikir sense making, bagaimana seharusnya RS-RS di Indonesia merespon situasi pendanaan kesehatan?
- Mungkinkah RS di Indonesia melayani pasien non-BPJS yang memiliki pilihan belanja kesehatan di luar negeri?
- Bagaimana sebenarnya the future of healthcare: apakah RS-RS di Indonesia memiliki harapan untuk mengembangkan market di luar BPJS? Bagaimana strateginya?
Peserta
Webinar ini gratis dan dapat diikuti oleh siapa saja, khususnya semua pihak yang memiliki kepentingan dan ketertarikan mengenai strategi RS untuk meraih pangsa pasar pasien non-BPJS dan kebijakan yang berkaitan dengan hal tersebut.
Tatacara Ujian
- Para peserta Seri Webinar Rencana Strategis yang ingin mendapatkan sertifikat dapat mengikuti ujian online dengan melakukan registrasi melalui https://bit.ly/Reg-UjianRenstra dan mentransfer biaya ujian sebesar:
- Rp 500.000,- untuk peserta institusi RS (maksimal 3 orang per institusi)
- Rp 200.000,- untuk peserta perorangan
- Ujian dilaksanakan pada akhir pelaksanaan serial webinar, yaitu tanggal 7 – 21 Februari 2023.
- Peserta yang telah mendaftar akan diberikan link ke soal ujian dalam bentuk pilihan berganda. Akan ada pertanyaan spesifik untuk peserta kelompok dan peserta perorangan.
- Setiap peserta diberi waktu 1x24 jam untuk menyelesaikan jawaban sejak soal ujian mulai dikerjakan.
- Peserta yang gagal mencapai nilai minimal kelulusan diperbolehkan mengulang sampai berhasil tanpa dikenai biaya tambahan.
e-Sertifikat akan dikirimkan ke setiap peserta yang telah lulus ujian tahap 1 dan tahap 2. Untuk peserta berkelompok, sertifikat tetap akan diberikan secara perorangan sesuai dengan kelulusan masing-masing.
Rundown
Jam (WIB) | Menit | Topik | PIC/Narasumber |
08.50 - 09.00 | 5’ | Pra Acara (Broadcasting) |
Penyiar broadcasting Edna Novitasari |
09.00 - 09.01 | 1’ | Bumper Opening | |
09.01 – 09.06 | 5’ |
Pembukaan: - Prolog tujuan dari penyelenggaraan webinar #2 - Menyapa peserta yang bergabung secara luring maupun daring - Memperkenalkan moderator dan pembicara |
MC
Mashita |
Moderator | Putu Eka Andayani, M.Kes. | ||
09.06 - 09.15 | 10’ |
Pengantar: Prospek RS-RS yang Tidak Bekerjasama dengan BPJS |
Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D. |
09.15 – 09.40 | 20’ |
Sesi paparan: Strategi RS Pasca Berlakunya UU No. 17/2ß23 tentang Kesehatan: Pengelolaan RS dengan Pengguna Pasien non-BPJS |
Assoc. Prof. Hans P. Wijaya, MM |
09.40 - 10.10 | 30’ | Diskusi dan Tanya-Jawab |
Moderator: Putu Eka Andayani, M.Kes. |
10.10 - 10.15 | 5’ | Informasi webinar #3 dan webinar #4 |
MC: Mashita |
10.15 - 10.25 | 10’ | Rangkuman webinar seri #2 | Elisabeth Listyani, MM |
10.25 - 10.30 | 5’ | Penutupan | MC:
Mashita |
Narasumber
Assoc.Prof. Hans P. Wijaya, MM
Waktu
Selasa, 9 Januari 2024 | pk. 09.00 – 11.00 WIB
Informasi dan Pendaftaran
Wiwid
0856-4346-3035