MENDIRIKAN rumah sakit swasta dan kemudian membesarkannya sangat tidak mudah. RS Islam Banjarmasin contohnya, awalnya rumah sakit ini hanyalah merupakan klinik bersalin. Seiring dengan perkembangan zaman, rumah sakit ini terus berkembang dan kini telah menjadi rumah sakit dengan konsep Garden Hospital.
Sejarah berdirinya Rumah Sakit Islam Banjarmasin (RSIB) tidak lepas dari peran para Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PMW) Kalsel. Karena keterbatasan fasilitas kesehatan khususnya klinik bersalin di Banjarmasin, akhirnya dibangunnya Rumah Sakit Bersalin Siti Chajidah pada 19 Agustus 1972.
Rumah sakit khusus bersalin tersebut adalah satu dari beberapa amal usaha Muhammadiyah di Kalsel. Pada masa awal berdirinya, rumah sakit itu dipimpin oleh dr H Abu Hanafiah MPH, seorang dokter asli Banjar yang menuntut ilmu di tanah Jawa.
“Terus terang saya tidak hafal siapa saja pendiri rumah sakit ini tapi yang jelas ini adalah amal usaha Muhamamdiyah, pada masa awal berdiri dipimpin dr Abu Hanafiah,” ucap Direktur RSIB dr h Mohamad Isap SpP kepada Radar Banjarmasin belum lama tadi.
Atas jasa-jasa Abu pada awal berdirinya RSIB, namanya kini diabadikan menjadi nama masjid di lingkungan RSIB. Setelah beberapa tahun menjadi rumah sakit khusus bersalin, Rumah Sakit Bersalin Siti Chajidah kemudian berkembang dan berubah nama menjadi Rumah Sakit Islam Banjarmasin pada 15 Agustus 1979.
Tidak hanya melayani persalinan , sejak itu RSIB menjadi rumah sakit yang juga melayani pasien umum. Setelah era kepemimpinan Abu Hanafiah, beberapa direktur silih berganti memimpin RSIB. Mereka adalah dr H Mochlan Aham DTMH (1984-1994), drg H Muhammad Asj’ari (1994-2001), dr H Abimanyu SpPD KGEH (2001-2003), dr H Hasan Zain SpP (2004-2009), dan dr H Mohamad Isa SpP (2009-sekarang).
Direktur RSIB dr H Mohamad Isa SpP menjelaskan, perkembangan RSIB tidak lepas dari dukungan seluruh lapisan masyarakat. RSIB sendiri bertekad untuk memberikan pelayanan kesehatan yang menjadi kebanggaan masyarakat.
“Sekarang kami terus berupaya melengkapi fasilitas yang diperlukan. Dalam perkembangannya memang perjalanan rumah sakit swasta tidak mudah, tapi berkat dukungan pemerintah juga sebagai mitra rumah sakit ini bisa tetap eksis,” katanya.
Di usia 40 tahun, kini RSIB memiliki 70 dokter yang bertugas di sejumlah poliklinik. Selain dokter, RSIB juga memiliki tenaga paramedik seperti perawat dan bidan. Jumlah lebih sekitar 140 orang.
Untuk fasilitas, beberapa poliklink seperti Poli Umum, Gigi, Gizi, Kebidanan, dan Spesialis ada di RSIB. Untuk pelayanan spesialis, RSIB punya 20 dokter spesialis yang siap memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
“Kami terus berkembang, sekarang kami sudah punya ICU, ICCU, Pediatric Khusus Anak, Pelayanan Intensif Jantung, dan untuk jumlah tempat tidur ada 110,” terangnya.
RSIB kini melayani pasien dengan berbagai kategori mulai kelas III sampai kelas I serta VIP dan VVIP. “Pelayanan tetap sama, yang berbeda hanya fasilitasnya,” ujar Isa. Selain fasilitas tersebut, RSIB juga sedang merencanakan membangun Stroke Center atau pusat penanganan penyakit stroke.
Untuk mendukung rencana tersebut, RSIB telah menyiapkan kamar khusus penderita stroke. Dokter spesialis paru ini menambahkan, ada hal yang membedakan RSIB dengan rumah sakit swasta lainnya. RSIB dibangun dan dikembangkan dengan sistem Garden Hospital. Dalam Bahasa Indonesia, Garden Hospital berarti rumah sakit dengan konsep taman.
Karena konsep itulah, beberapa sudut tanah kosong di dalam rumah sakit disulap menjadi taman. Ada yang dipenuhi dengan tanaman hias ada juga yang diberi kandang mini untuk hewan seperti burung dan hewan unggas lainnya. “Kami punya Taman Ar Raudah, konsep Garden Hospital kita pilih agar pasien lebih nyaman saat menjalani perawatan,” papar Isa.
Dengan semakin berkembangnya RSIB, Isa berharap seluruh lapisan masyarakat di Kalsel dan daerah lainnya bisa mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang mudah. Selain mudah, biaya pelayanan kesehatan diharapkan juga makin terjangkau.
Sumbe: radarbanjarmasin.co.id