YOGYAKARTA, suaramerdeka.com – Semakin ketatnya persaingan antar rumah sakit, menuntut komitmen semua pihak yang terlibat di dalamnya. Pelayanan prima menjadi modal utama bagi pengelola rumah sakit agar bisa terus bertahan.
“Tidak mudah membangun rumah sakit. Saat awal pendirian, banyak tantangan yang dihadapi,” kata mantan Direktur Utama RS Jogja International Hospital (JIH) Suprijanto Rijadi saat acara serah terima jabatan di auditorium RS, Senin (2/9).
Dia mengungkapkan, butuh waktu tiga tahun untuk mengenalkan keberadaan rumah sakit di Jalan Ringroad Utara itu kepada masyarakat. Dalam kurun itu, rata-rata kunjungan pasien hanya 5-7 orang per hari. Tapi kini, mencapai 350-400 orang.
“Jangan anggap kedatangan banyak pasien adalah beban, melainkan anugerah. Dulu tiap tahun, kami harus berkunjung ke 150 rumah sakit di Jawa Tengah dan Jawa Barat untuk mengenalkan rumah sakit ini,” ujarnya.
Dia mengakui, upaya itu bukan suatu hal yang mudah. Apalagi harus bersaing dengan rumah sakit yang sudah memiliki nama seperti Bethesda dan Panti Rapih.
Pada acara itu, Suprijadi menyerahkan jabatan Dirut yang diembannya selama 6 tahun kepada pejabat sementara, Mulyo Hartana.
Menurut Mulyo, amanah ini merupakan tugas berat karena dirinya juga masih menjabat Direktur Medik dan Keperawatan.
“Saya tetap akan menitikberatkan pada pelayanan prima, baik terhadap pasien maupun customer lain termasuk pihak asuransi dan farmasi,” papar mantan Direktur RSUD Wirosaban Jogja itu.
Sumber: suaramerdeka.com