Wagub : “Saya Sepakat Usulannya Menkes
KENDARINEWS.COM: Sampai kapan pelayanan di RS Bahtermas Sultra itu berhenti dikeluhkan masyarakat? Pertanyaan ini sulit sekali terjawab karena sejak dibukanya RS yang digadang bisa bertaraf internasional itu, keluhan soal pelayanan tenaga medisnya seperti tak habis-habisnya. Mulai dari dokter yang belum professional, perawat yang diskriminatif, fasilitas yang dibawah standar, hingga aksi premanisme di lingkungan kawasan rumah sakit itu.
“Sudah berulang kali kita panggil manajemen RS Bahteramas itu untuk kita minta penjelasan soal banyaknya keluhan, tapi entah kenapa selalu saja terjadi berulang-ulang dan kasusnya selalu sama,” terang Wakil Gubernur Sultra, Saleh Lasata, kemarin saat ditemui usai acara Rakor Penguatan Kebahasan Nasional di salah satu hotel, kemarin.
Padahal, lanjut Wagub, sebagai professional, para tenaga medis itu mestinya harus bersungguh-sungguh dalam melaksanakan pekerjaannya. “Boleh tanya, Kepala RS setiap waktu kita panggil untuk evaluasi. Namun kesalahan sama terus saja terjadi. Entah kurang apa lagi gubernur memperhatikan mereka,” ungkapnya.
Jangan sampai karena intensifnya masih kurang pak ? 02 Sultra itu membantah. Menurutnya, Pemrov sudah berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi berbagai tuntutan para tenaga medis di RS Bahteramas. “Iya kita penuhi itu, walaupun mungkin mereka anggap masih kurang. Tapi wajarlah, yang namanya manusia tidak pernah puas,” jelasnya.
Persoalan di RS Bahtermas memang seperti tak habis-habis. Ada keluhan soal kurang cermatnya seorang dokter ahli ortopedi dalam mendiagnosa pasien, sehingga tanpa banyak pertimbangan, langsung memutuskan langkah amputasi, meski sang pasien awalnya hanya terluka biasa saja. Kasus ini bahkan bukan sekali dua kali dialami pasien, sehingga ada kecurigaan, sang dokter bermotif profit, karena dengan amputasi ada insentif operasi disitu, plus jika ada keinginan pasien menggunakan kelengkapan tubuh imitasi, dokter bisa memberi rekomendasi.
Sempat juga ada cerita mengenai dokter yang marah-marah kepada seorang pasien Jamkesmas, bahkan sang pasien disebut membebani negara karena miskin. Para perawat yang cuek jika ada pasien yang hanya berbekal kartu miskin saat menebus obatnya. Sebaliknya jika seseorang yang menebus obat di jalur umum, pelayananya penuh senyum.
Fasilitas juga parah. WC di kawasan itu banyak yang tak punya sarana air bersih. Kotor, jorok dan bau pesing jadi pemandangan lumrah di RS Bahtermas. Para penyewa kamar VIP bahkan ada yang terpaksa membeli air diluar karena toilet di kamar VIP tak menyediakan air. Koridor yang gelap dan rawan juga jadi masalah. Belum masalah premanisme di kawasan parker RS tersebut.
“Kritik yang disampaikan Menkes menjadi masukan buat kita agar bisa lebih baik lagi kedepan. Termasuk soal pelayanan mestinya sudah mengevaluasi diri bagi pihak yang belum maksimal melaksanakan tugasnya,” kata Saleh Lasata lagi. Makanya, ia setuju dengan rencana Menkes mendrop tenaga dokter di daerah ini, karena dianggap bisa jadi solusi dari persoalan pelayanan itu. Minimal kesalahan yang sama sebagaimana sebelumnya tidak lagi terulang. Bahkan, bisa saja dokter yang selama ini dianggap bandel akan tergusur dengan kehadiran mereka itu.
“Pastinya kita berharap pelayanan sudah harus lebih baik. Jangan lagi ada diskriminasi,” tandasnya. Sejauh ini memang rasio doker di Sultra masih kurang, meskipun secara statistik bertambah, yakni rasio dokter spesialis 2,31 (2007) menjadi 3,07 (2011), standar 4 orang/100 ribu penduduk, sedangkan rasio Dokter umum 9,94 (2007) menjadi 19,5 (2011), standar 25 orang/100 ribu). Keadaan ini diduga menjadi alasan yang membuat para dokter itu jual mahal.
Sumber: kendarinews.com