Menurut Kansas Hospital, kebijakan dan praktek-praktek yang terjadi di fasilitas kesehatan mempengaruhi kemauan ibu-ibu untuk menyusui dan berapa lama ia akan menyusui. Namun sayangnya kebijakan dan praktek-praktek ini yang justru sering kali menjadi hambatan utama keberhasilan program pemberian ASI. Misalnya hasil penelitian Rosenberg et-al (2008) menunjukkan ada hubungan signifikan antara pemberian bonus berupa tas kepada para perawat RS yang menjual susu formula dengan penurunan angka breastfeeding (Gottlieb, 2009).
Untuk mengatasi masalah tersebut Kansas Hospital menerapkan strategi High Five untuk menjamin pemberian ASI dapat dilakukan, yaitu:
1) Memastikan terjadinya kontak kulit-ke-kulit (skin to skin contact) antara ibu dengan bayi sesegera mungki n setelah bayi dilahirkan,
2) Jangan berikan makanan atau minumal lain pada bayi baru lahir selain ASI kecuali ada indikasi medis,
3) Melakukan rawat gabung yang memungkinkan ibu berada dalam satu ruang dengan bayinya selama 24 jam,
4) Jangan memberikan puting buatan pada bayi,
5) Berikan pilihan dukungan pada ibu menyusui di komunitas (misalnya nomer telepon, informasi dai tempat-tempat strategis yang mudah dijangkau, kelompok-kelompok pendukung, dan sebagainya) setelah ibu keluar dari RS.
Survei dua tahunan yang dilakukan oleh CDC pada 2009 lalu memberikan skor 60 dari total nilai 100 kepada Kansas Hospital dan menempatkannya pada urutan ke 33 dari seluruh RS yang ada di USA yang mempraktekkan Baby-Friendly-USA (RS Sayang Bayi).
Menurut situs resmi pemerintah Australia (www.health.gov.au), Australia merupakan negara yang memiliki jumlah „bayi yang pernah diberi ASI“ sedikit di atas angka Uni Eropa, dan rumah sakit merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi. Meskipun kebijakan nasionalnya telah memberikan jatah cuti pada ibu menyusui selama 52 minggu (1 tahun), tetap saja ibu kembali bekerja saat bayinya berusia 3 bulan (11%) dan 6 bulan (21%). Pada periode 1996-2001) Australia menempuh strategi mulai di level masyarakat (pada pelayanan antenatal dan kelompok masyarakat lainnya), tenaga kesehatan (mengaudit kemampuan, meng-up date informasi), sistem (mengembangkan standar akreditasi nasional untuk pelayanan kesehatan maternal dan anak), pemberdayaan NGO hingga reformasi kesehatan. Strategi Breastfeeding Nasional Australia tahun 2010 – 2015 menyediakan framework yang akan menjadi dasar bagi kebijakan dan intervensi terkait pemberian ASI. Framework ini mengatur masalah stewardship, leadership dan stakeholder collaboration and consultation. Pada framework ini jelas disebutkan bahwa pemerintah merupakan penanggung jawab utama bagi berjalannya dan suksesnya pencapaian visi dan tujuan strategi nasional tersebut.
©PMPK FK UGM – 2012
Pemerintah dan RS Bisa Ciptakan Generasi Super
1. Peran Pemerintah dalam Gerakan Pemberian ASI Eksklusif
2. Peran RS dalam Gerakan Pemberian ASI Eksklusif
Catatan:
Tulisan ini adalah sambungan dari tulisan sebelumnya „Healthy Baby Healthy Planet“