Jatim Newsroom – Melalui Program Selamat Pagi (SaPa), Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dan RSUD Sosodoro Djatikoesoemo mengajak masyarakat untuk menjaga kesehatan mata dengan mengenali dan memahami kelainan refraksi.
Narasumber dr. Agung Pambudi, Sp.M dokter spesialis mata di RSUD Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro menjelaskan, kelainan refraksi merupakan suatu kondisi mata tidak mampu mengatur fokus cahaya dengan jelas. Dampaknya pada penglihatan bayangan benda yang buram atau tidak tajam. Ada beberapa faktor penyebab, di antaranya kelainan bentuk bola mata yang terlalu panjang atau pendek, perubahan bentuk kornea, dan proses penuaan pada lensa mata.
“Kelainan refraksi terbagi menjadi beberapa jenis, seperti minus atau rabun jauh (miopi), plus atau rabun dekat (hipermetropi), dan silinder (astigmatisme) yang merupakan kelainan bentuk kornea. Penting untuk dicatat bahwa kelainan refraksi bukanlah penyakit yang menular, melainkan kondisi bawaan atau genetic, “jelasnya.
“Kelainan refraksi dapat terjadi pada segala usia dan gender. Salah satu penelitian menyatakan bahwa, jika salah satu orang tua menggunakan kacamata atau menderita kelainan refraksi, maka kemungkinan kelainan tersebut diturunkan kepada anaknya adalah sekitar 25%,” ucap dr. Agung.
Agung juga mengatakan dalam mengatasi kelainan refraksi, pemakaian kacamata menjadi solusi yang umum dan paling aman digunakan. Namun, jenis kacamata yang diperlukan tergantung pada tingkat keparahan kelainan refraksi yang dialami. Pada beberapa kasus kelainan refraksi besar/berat, hanya dapat dikurangi dan tidak dapat disembuhkan.
Dr. Agung mengajak masyarakat Bojonegoro untuk selalu menjaga kesehatan mata. Karena mata merupakan satu-satunya bagian dari otak yang terpapar langsung dengan dunia luar. (yan/s)
Sumber: kominfo.jatimprov.go.id