KABARMADURA.ID | PAMEKASAN -Minimnya jumlah sumber daya manusia (SDM), manajemen Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Waru kewalahan melayani pasien. Kekurangannya merata di semua kebutuhan, mulai dokter spesialis, dokter umum, perawat, bidan, apoteker, ahli gizi, hingga petugas laborat.
“Yang pasti kalau sampai sekarang berdasarkan hitungan kasar, harus ditambah tenaganya, agar pelayanan lebih baik lagi,” urai Direktur RSUD Waru dr. Nanang Suyanto, Minggu (25/6/2023).
Dia juga mengakui bahwa dalam pelayanan kesehatan sejak penerapan UHC di Pamekasan, pihaknya agak keteteran. Jumlah kekurangan SDM di rumah sakit di wilayah pantura Pamekasan itu masih tergolong banyak.
Bahkan, unsur dokter spesialis bukan berstatus dokter tetap, tetapi masih berstatus dokter kontrak. Mereka hanya berstatus membantu melayani pasien di rumah sakit tersebut.
“SDM itu meliputi semua profesi, mulai dari dokter spesialis, dokter umum, perawat, bidan, apoteker, gizi, laborat,” ungkap dr. Nanang.
Diakuinya, untuk memaksimalkan layanan, pihaknya tetap berusaha memberi inovasi. Seperti memaksimalkan peran bidan di desa agar bisa memantau perkembangan ibu hamil. Tujuannya, agar mereka yang berisiko tinggi bisa tertangani dengan maksimal.
“Sementara kami mendukung program pemerintah untuk menurunkan kematian bayi dan kematian ibu,” ujarnya.
Kondisi tersebut, diakui dr. Nanang, secara otomatis berdampak pada tercapainya pendapatan asli daerah (PAD). Diketahui, di tahun 2023, target PAD ditarget Rp5 miliar. Hingga 31 Mei 2023, capaian PAD masih berada di angka Rp2,4 miliar.
Menurutnya, sumber PAD dari semua layanan merata sumbangsihnya pada pencapaian PAD, tetapi yang paling dominan adalah layanan rawat inap, operasi kandungan, dan poli bedah.
“Kalau namanya perhitungan, kalau tren layanan tetap seperti saat ini, tanpa ada musibah dan kejadian di luar perkiraan, pada akhir bisa capai targetnya Rp5 miliar, tapi sampai minggu kemarin hitungannya sudah mencapai 46 persen,” paparnya.
Sumber: kabarmadura.id