Edisi Minggu ke 38: Selasa 29 September 2020
Webinar Keadilan Sosial dalam Pemenuhan Akses dan Distribusi Vaksin COVID-19 di Indonesia CoP for Health Equity Selasa, 20 Oktober 2020 | 10.00 – 11.30 WIB Kemampuan melakukan deteksi dini dan merespon tantangan kesehatan global ke depan serta membangun sistem kesehatan nasional yang kuat dari setiap negara dibutuhkan agar pemenuhan dan pendistribusian vaksin dapat dilakukan secara setara dan adil. Pada pandemi COVID-19 ini, setidaknya ada 21 negara melaporkan bahwa mereka kekurangan stok vaksin rutin akibat dari pembatasan-pembatasan yang disebabkan oleh pandemi. Padahal, WHO telah menyatakan bahwa imunisasi rutin tetap harus dilakukan. Sangat penting untuk mempertahankan fokus global pada imunisasi rutin, baik untuk melindungi balita dan anak-anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, maupun untuk mencegah wabah lain berkembang ditengah pandemi COVID-19. Pandemi COVID-19 dan Memburuknya Angka Pekerja Anak: Timpangnya Sistem Kesehatan dan Perlindungan Sosial Community of Practice for Health Equity Child labor atau pekerja anak adalah salah satu bentuk eksploitasi anak dan merupakan pelanggaran hak – hak anak. Berdasarkan survei dari ILO bersama Badan Pusat Statistik pada 2009, ditemukan bahwa sekitar 38 persen anak di Indonesia bekerja kurang dari 16 jam per minggu, 31 persen antara 16 – 30 jam, 10 persen antara 31 – 40 jam dan 21 persen lebih dari 40 jam per minggu. Pekerja anak sangat berdampak terhadap kesejahteraan dan masa depan anak. Bagaimana Rumah Sakit Dapat Memenuhi Kebutuhan Pasien Non COVID-19 Saat Pandemi? Selama gelombang awal pandemi COVID-19, rumah sakit di seluruh dunia mengalihkan sumber daya dari perawatan kritis rawat inap rutin dan klinik rawat jalan untuk memenuhi lonjakan permintaan. Karena keterbatasan sumber daya dan ketakutan terhadap infeksi, dokter dan pasien non-Covid menunda kunjungan, evaluasi, diagnostik, pembedahan, dan terapi “tidak mendesak”. Memang, pada awal pandemi dokter dan pejabat kesehatan masyarakat terkemuka mencatat penurunan dramatis dalam keadaan darurat kesehatan yang tidak terkait COVID-19. Meskipun penundaan ini mungkin telah mengurangi jumlah layanan yang tidak perlu digunakan, penundaan ini kemungkinan juga menyebabkan penangguhan layanan yang dibutuhkan yang berbahaya, yang diyakini banyak orang akan mengarah pada rawat inap di kemudian hari yang membutuhkan tingkat perawatan yang lebih tinggi, lama rawat yang lebih lama, dan peningkatan penerimaan kembali rumah sakit, sehingga selanjutnya membebani kapasitas rawat inap rumah sakit. Berdasarkan prinsip utama dari manajemen operasi dan menerapkan perspektif sistem kesehatan, penulismengusulkan empat strategi untuk memfasilitasi perawatan pasien non-COVID bahkan saat rumah sakit diperluas untuk menyerap gelombang pasien dengan COVID-19. Artikel ini dipublikasikan di Harvard Bussiness Review pada 14 Juli 2020. |
|||
Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
Perlindungan Anak dari Kekerasan Selama COVID-19 |
|
Perawatan Kesehatan Mental Untuk Staf Medis Dan Petugas Kesehatan yang Berafiliasi Selama Pandemi COVID-19 |
29 Sep2020
Edisi Minggu ke 38: Selasa 29 September 2020
Subscribe
Login
0 Comments