Edisi Minggu ke 39: Selasa 6 Oktober 2020
Akses Kesehatan yang Ekuitabel bagi Kelompok Rentan Lainnya Community of Practice for Health Equity Kelompok rentan seperti pekerja seks komersial (PSK) merupakan salah satu kelompok yang paling terdampak pandemi COVID-19 sekaligus sangat terkucilkan dari respon COVID-19. Mereka mengalami diskriminasi berbasis gender, orientasi seksual, identitas gender, ras, kasta, etnis, dan lain -lain. Kapasitas PSK untuk melindungi diri dari COVID-19 dan penyakit lainnya bergantung pada perilaku individu dan interpersonal, lingkungan kerja, dukungan komunitas, akses ke pelayanan kesehatan layak, dan lingkungan sosioekonomi, serta norma atau hukum setempat. Para PSK yang tunawisma, pengguna narkoba, atau imigran gelap menghadapi tantangan lebih dalam mencari akses pelayanan kesehatan dan lebih terancam mengalami dampak ekonomi yang berkepanjangan. Universal Masking di Rumah Sakit di Era COVID-19 Kita tahu bahwa memakai masker di luar fasilitas perawatan kesehatan menawarkan sedikit, jika ada, perlindungan dari infeksi. Otoritas kesehatan masyarakat mendefinisikan exposure yang signifikan untuk COVID-19 sebagai kontak tatap muka dalam jarak 6 kaki dengan pasien dengan gejala COVID-19 yang bertahan setidaknya selama beberapa menit (dan beberapa mengatakan lebih dari 10 menit atau bahkan 30 menit). Oleh karena itu, peluang untuk tertular COVID-19 dari interaksi yang lewat di ruang publik menjadi minimal. Dalam banyak kasus, keinginan untuk menutupi secara luas merupakan reaksi refleksif terhadap kecemasan atas pandemi. Masker adalah pengingat yang terlihat dari patogen yang tidak terlihat namun tersebar luas dan dapat mengingatkan orang tentang pentingnya jarak sosial dan tindakan pengendalian infeksi lainnya. Jelas juga bahwa masker memiliki peran simbolis. Masker bukan hanya alat, tetapi juga benda yang dapat membantu meningkatkan rasa aman, kesejahteraan, dan kepercayaan petugas kesehatan di rumah sakit mereka. Meskipun reaksi semacam itu mungkin tidak sepenuhnya logis, kita semua tunduk pada ketakutan dan kecemasan, terutama selama masa krisis. Orang mungkin berpendapat bahwa ketakutan dan kecemasan lebih baik diatasi dengan data dan pendidikan daripada dengan masker yang sedikit menguntungkan, terutama mengingat kekurangan masker di seluruh dunia, tetapi sulit untuk membuat dokter mendengar pesan ini di tengah panasnya krisis saat ini. Kontribusi terbesar dari masking protocol yang diperluas mungkin adalah untuk mengurangi penularan kecemasan dan di atas peran apa pun yang mungkin mereka mainkan dalam mengurangi penularan COVID-19. Nilai potensial dari universal masking dalam memberikan kepercayaan kepada petugas kesehatan untuk menyerap dan menerapkan praktik pencegahan infeksi yang lebih mendasar yang dijelaskan di atas mungkin merupakan kontribusi terbesarnya. Artikel ini dipublikasikan pada Mei 2020 di jurnal The New England Journal of Medicine. Webinar Keadilan Sosial dalam Pemenuhan Akses dan Distribusi Vaksin COVID-19 di Indonesia CoP for Health Equity Selasa, 20 Oktober 2020 | 10.00 – 11.30 WIB Kemampuan melakukan deteksi dini dan merespon tantangan kesehatan global ke depan serta membangun sistem kesehatan nasional yang kuat dari setiap negara dibutuhkan agar pemenuhan dan pendistribusian vaksin dapat dilakukan secara setara dan adil. Pada pandemi COVID-19 ini, setidaknya ada 21 negara melaporkan bahwa mereka kekurangan stok vaksin rutin akibat dari pembatasan-pembatasan yang disebabkan oleh pandemi. Padahal, WHO telah menyatakan bahwa imunisasi rutin tetap harus dilakukan. Sangat penting untuk mempertahankan fokus global pada imunisasi rutin, baik untuk melindungi balita dan anak-anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, maupun untuk mencegah wabah lain berkembang ditengah pandemi COVID-19. |
|||
Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
Perlindungan Anak dari Kekerasan Selama COVID-19 |
|
Perawatan Kesehatan Mental Untuk Staf Medis Dan Petugas Kesehatan yang Berafiliasi Selama Pandemi COVID-19 |
Archive for 2020
Akses Kesehatan yang Ekuitabel bagi Kelompok Rentan Lainnya
Community of Practice for Health Equity
https://www.freepik.com/free-vector
Kelompok rentan seperti pekerja seks komersial (PSK) merupakan salah satu kelompok yang paling terdampak pandemi COVID-19 sekaligus sangat terkucilkan dari respon COVID-19. Mereka mengalami diskriminasi berbasis gender, orientasi seksual, identitas gender, ras, kasta, etnis, dan lain -lain. Kapasitas PSK untuk melindungi diri dari COVID-19 dan penyakit lainnya bergantung pada perilaku individu dan interpersonal, lingkungan kerja, dukungan komunitas, akses ke pelayanan kesehatan layak, dan lingkungan sosioekonomi, serta norma atau hukum setempat. Para PSK yang tunawisma, pengguna narkoba, atau imigran gelap menghadapi tantangan lebih dalam mencari akses pelayanan kesehatan dan lebih terancam mengalami dampak ekonomi yang berkepanjangan.
Webinar Keadilan Sosial dalam Pemenuhan Akses dan Distribusi Vaksin COVID-19 di Indonesia
Kerangka Acuan Kegiatan
Webinar
Keadilan Sosial dalam Pemenuhan Akses dan Distribusi Vaksin
COVID-19 di Indonesia
CoP for Health Equity
Selasa, 20 Oktober 2020
10.00 – 11.30 WIB
Pengantar
Kemampuan melakukan deteksi dini dan merespon tantangan kesehatan global ke depan serta membangun sistem kesehatan nasional yang kuat dari setiap negara dibutuhkan agar pemenuhan dan pendistribusian vaksin dapat dilakukan secara setara dan adil. Pada pandemi COVID-19 ini, setidaknya ada 21 negara melaporkan bahwa mereka kekurangan stok vaksin rutin akibat dari pembatasan-pembatasan yang disebabkan oleh pandemi. Padahal, WHO telah menyatakan bahwa imunisasi rutin tetap harus dilakukan. Sangat penting untuk mempertahankan fokus global pada imunisasi rutin, baik untuk melindungi balita dan anak-anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, maupun untuk mencegah wabah lain berkembang ditengah pandemi COVID-19. Memiliki sistem imunisasi yang komprehensif juga akan membantu distribusi vaksin COVID-19, setelah tersedia kelak, kepada seluruh lapisan masyarakat, terutama populasi prioritas yaitu penduduk rentan seperti petugas kesehatan, orang tua, dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan kronis.
Tidak ada negara individual yang mampu memproduksi jumlah vaksin yang dibutuhkan sendiri, sedangkan penyediaan vaksin tidak akan mengakhiri pandemi dengan cepat kecuali jika didistribusikan secara adil. Beberapa negara telah mulai membuat kesepakatan dengan perusahaan farmasi untuk menyediakan stok vaksin jika pada akhirnya kandidat vaksin tersebut berhasil. Demikian pula dengan Indonesia yang sudah membuat kesepakatan kerja sama dengan beberapa negara untuk penyediaan vaksin. Uji klinis sedang dilaksanakan dan jika menunjukkan hasil yang menggembirakan maka Indonesia akan mendapatkan dosis tambahan sesuai dengan kapasitas produksi.
Jumlah vaksin COVID-19 dibandingkan dengan target penduduk Indonesia yang akan divaksinasi tentunya membutuhkan pendistribusian yang adil dan tepat sasaran agar tidak menumpuk pada kalangan tertentu saja. Webinar kali ini akan membahas bagaimana pemenuhan stok vaksin COVID-19 dan kebijakan pendistribusian secara adil dan merata. Selain itu bagaimana mengedukasi masyarakat akan pentingnya vaksin tersebut dan menumpas hoax yang ada di masyarakat mengenai vaksin COVID-19.
Tujuan
- Membahas pemenuhan vaksin COVID-19 secara ekuitabel.
- Membahas kebijakan pendistribusian vaksin COVID-19 secara adil dan merata.
- Membahas bagaimana mengedukasi masyarakat akan pentingnya vaksin COVID-19.
- Mempromosikan forum diskusi virtual bagi para praktisi health equity.
Waktu Pelaksanaan
Hari dan Tanggal : Selasa, 20 Oktober 2020
Waktu : 10.00 – 11.30 WIB
Link Webinar : http://bit.ly/equity-20-oct-2020
Zoom Meeting ID : 838 4342 4933
Passcode : 118468
Livestreaming : https://bit.ly/streamingPKMK
Target Peserta
- Kementerian Kesehatan.
- Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/ Kota.
- Rumah sakit.
- Puskesmas.
- Praktisi Kesehatan Masyarakat.
- Dosen.
- Mahasiswa.
- Peneliti.
Narasumber
Panelis
Prof. dr. Amin Soebandrio, Ph. D, Sp. MK (K)
Kepala LBM Eijkman
Dr. Nihayatul Wafiroh, MA
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI
Dr. dr. Mubasysyir Hasan Basri, MA
Ketua Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi, FK–KMK UGM
Moderator
dr. Tiara Marthias, MPH
Peneliti, FK-KMK UGM
Senior Fellow, The Equity Initiative
Agenda
Waktu | Topik | Narasumber | |
10.00 – 10.05 | 5’ | Pembukaan | Moderator |
10.05 – 10.20 | 15’ | Pemenuhan vaksin COVID-19 secara ekuitabel |
Prof. dr. Amin Soebandrio, Ph. D, Sp. MK (K) |
10.20 – 10.40 | 15’ | Kebijakan pendistribusian vaksin COVID-19 secara adil dan merata | Dr. Nihayatul Wafiroh, MA |
10.40 – 10.55 | 15’ | Edukasi masyarakat akan pentingnya vaksin COVID-19 | Dr. dr. Mubasysyir Hasan Basri, MA |
10.55 – 11.25 | 30’ | Diskusi | |
11.25 – 11.30 | 5’ | Penutup | Moderator |
Informasi
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK), FK-KMK UGM
Giovanna Renee Tan
+62 812-3271-8379
Belasan Nakes Positif Covid-19, Sejumlah Layanan di RSUD Jambi Ditutup
Sejumlah layanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden Mattaher terpaksa ditutup sementara waktu setelah sejumlah tenaga kesehatan diketahui terpapar Covid-19.
“Tenaga kesehatan yang positif ada yang perawat, dokter, maupun petugas. Total 12 orang,” ujar Wakil Direktur Pelayanan RSUD Raden Mattaher Jambi, dr. Dewi Lestari seperti dilansir Metrojambi.com (jaringan Suara.com), Senin (28/9/2020).
Ruang Isolasi Rumah Sakit di Tasikmalaya Overload, Rusunawa Unsil Dikerahkan
Seluruh ruang isolasi gedung baru pasien corona Mitra Batik RSUD Soekardjo termasuk ruang isolasi beberapa rumah sakit swasta di Kota Tasikmalaya, telah terisi penuh alias overload, oleh pasien Covid-19 sampai Selasa, 29 September 2020.
Untuk itu Pemerintah Kota Tasikmalaya langsung mencari alternatif lain, salah satunya dengan mengoperasikan kembali bangunan Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Universitas Negeri Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya, sebagai pusat penampungan pasien corona yang tiap harinya semakin membludak.
Edisi Minggu ke 38: Selasa 29 September 2020
Edisi Minggu ke 38: Selasa 29 September 2020
Webinar Keadilan Sosial dalam Pemenuhan Akses dan Distribusi Vaksin COVID-19 di Indonesia CoP for Health Equity Selasa, 20 Oktober 2020 | 10.00 – 11.30 WIB Kemampuan melakukan deteksi dini dan merespon tantangan kesehatan global ke depan serta membangun sistem kesehatan nasional yang kuat dari setiap negara dibutuhkan agar pemenuhan dan pendistribusian vaksin dapat dilakukan secara setara dan adil. Pada pandemi COVID-19 ini, setidaknya ada 21 negara melaporkan bahwa mereka kekurangan stok vaksin rutin akibat dari pembatasan-pembatasan yang disebabkan oleh pandemi. Padahal, WHO telah menyatakan bahwa imunisasi rutin tetap harus dilakukan. Sangat penting untuk mempertahankan fokus global pada imunisasi rutin, baik untuk melindungi balita dan anak-anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin, maupun untuk mencegah wabah lain berkembang ditengah pandemi COVID-19. Pandemi COVID-19 dan Memburuknya Angka Pekerja Anak: Timpangnya Sistem Kesehatan dan Perlindungan Sosial Community of Practice for Health Equity Child labor atau pekerja anak adalah salah satu bentuk eksploitasi anak dan merupakan pelanggaran hak – hak anak. Berdasarkan survei dari ILO bersama Badan Pusat Statistik pada 2009, ditemukan bahwa sekitar 38 persen anak di Indonesia bekerja kurang dari 16 jam per minggu, 31 persen antara 16 – 30 jam, 10 persen antara 31 – 40 jam dan 21 persen lebih dari 40 jam per minggu. Pekerja anak sangat berdampak terhadap kesejahteraan dan masa depan anak. Bagaimana Rumah Sakit Dapat Memenuhi Kebutuhan Pasien Non COVID-19 Saat Pandemi? Selama gelombang awal pandemi COVID-19, rumah sakit di seluruh dunia mengalihkan sumber daya dari perawatan kritis rawat inap rutin dan klinik rawat jalan untuk memenuhi lonjakan permintaan. Karena keterbatasan sumber daya dan ketakutan terhadap infeksi, dokter dan pasien non-Covid menunda kunjungan, evaluasi, diagnostik, pembedahan, dan terapi “tidak mendesak”. Memang, pada awal pandemi dokter dan pejabat kesehatan masyarakat terkemuka mencatat penurunan dramatis dalam keadaan darurat kesehatan yang tidak terkait COVID-19. Meskipun penundaan ini mungkin telah mengurangi jumlah layanan yang tidak perlu digunakan, penundaan ini kemungkinan juga menyebabkan penangguhan layanan yang dibutuhkan yang berbahaya, yang diyakini banyak orang akan mengarah pada rawat inap di kemudian hari yang membutuhkan tingkat perawatan yang lebih tinggi, lama rawat yang lebih lama, dan peningkatan penerimaan kembali rumah sakit, sehingga selanjutnya membebani kapasitas rawat inap rumah sakit. Berdasarkan prinsip utama dari manajemen operasi dan menerapkan perspektif sistem kesehatan, penulismengusulkan empat strategi untuk memfasilitasi perawatan pasien non-COVID bahkan saat rumah sakit diperluas untuk menyerap gelombang pasien dengan COVID-19. Artikel ini dipublikasikan di Harvard Bussiness Review pada 14 Juli 2020. |
|||
Website ini akan update setiap Selasa pagi. Nantikan Informasi terbaru setiap minggunya. | |||
+ Arsip Pengantar Minggu Lalu |
|||
|
Perlindungan Anak dari Kekerasan Selama COVID-19 |
|
Perawatan Kesehatan Mental Untuk Staf Medis Dan Petugas Kesehatan yang Berafiliasi Selama Pandemi COVID-19 |
Pandemi COVID-19 dan Memburuknya Angka Pekerja Anak: Timpangnya Sistem Kesehatan dan Perlindungan Sosial
Pandemi COVID-19 dan Memburuknya Angka Pekerja Anak:
Timpangnya Sistem Kesehatan dan Perlindungan Sosial
Community of Practice for Health Equity
Child labor atau pekerja anak adalah salah satu bentuk eksploitasi anak dan merupakan pelanggaran hak – hak anak. Berdasarkan survei dari ILO bersama Badan Pusat Statistik pada 2009, ditemukan bahwa sekitar 38 persen anak di Indonesia bekerja kurang dari 16 jam per minggu, 31 persen antara 16 – 30 jam, 10 persen antara 31 – 40 jam dan 21 persen lebih dari 40 jam per minggu. Pekerja anak sangat berdampak terhadap kesejahteraan dan masa depan anak. Maka dari itu, penghapusan pekerja anak sangat penting untuk dicapai. Berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs), negara – negara yang tergabung dalam United Nations menargetkan akan menghapuskan pekerja anak pada 2025. Jumlah pekerja anak di seluruh dunia telah menurun drastis selama dua dekade terakhir, yaitu hampir mencapai 40 persen. Namun, dengan adanya perubahan kondisi pada pandemi COVID-19, jumlah pekerja anak di seluruh dunia terancam meningkat drastis.
Nakes terpapar COVID-19, poliklinik RSUD Curup ditutup
Rejang Lebong – Pelayanan poliklinik rawat jalan RSUD Curup Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu, saat ini ditutup sementara menyusul adanya tenaga kesehatan (nakes) yang bertugas di tempat itu terpapar COVID-19.
Direktur RSUD Curup dr Samiri saat dihubungi melalui sambungan telepon di Rejang Lebong, Senin, mengatakan pelayanan poliklinik tersebut dihentikan sementara sambil menunggu hasil uji usap (swab) terhadap puluhan petugas di poliklinik rawat jalan keluar.
Khofifah letakkan batu pertama RSUD internasional di Kota Probolinggo
Probolinggo, Jawa Timur – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Wali Kota Probolinggo Hadi Zainal Abidin meletakkan batu pertama pembangunan rumah sakit baru yang diproyeksikan menjadi rumah sakit rujukan bertaraf internasional di Kota Probolinggo, Senin.
Peletakan batu pertama oleh Khofifah menandai dimulainya pembangunan rumah sakit baru di Jalan Prof Hamka, Kelurahan Kareng Lor, Kecamatan Kedopok, Kota Probolinggo dengan lahan seluas 5 hektare dan biaya sekitar Rp13,7 miliar itu.
Peringati World Patient Safety Day 2020, Ini yang Dilakukan RSUD Hj Anna Lasmanah Banjarnegara
BANJARNEGARA – RSUD Hj. Anna Lasmanah Banjarnegara, Jawa Tengah memperingati “World Patient Safety Day 2020”, Senin (21/9/2020).
Kegiatan yang bertemakan ‘Ayo Peduli. Keselamatan Tenaga Kesehatan, Keselamatan Kita Semua’ digelar di depan Klinik Radiologi dengan mengadakan Sosialisasi Keselamatan Pasien. Diantaranya, sosialisasi Gerakan Cuci Tangan, dan Sosialisasi 3 M (Menjaga Jarak, Memakai Masker, Mencuci Tangan Sesering Mungkin).