PENGELOLAAN manajemen yang baik menjadikan rumah sakit mampu menyuguhkan layanan yang cukup baik dan profesional.
Hal itu dialami sejumlah rumah sakit di daerah yang berstatus badan layanan umum (BLU), seperti Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Wahidin Sudirohusodo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, yang berhasil mengelola BLU dan menjadi contoh nasional.
Direktur Utama RSUP Wahidin Sudirohusodo, Dr Khalid Saleh, menjelaskan, dengan status BLU, rumah sakit tidak mencari keuntungan.
“Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 23 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Keuangan sesuai BLU dan perubahan PP Nomor 74 Tahun 2012 bahwa BLU ialah instansi pemerintah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa pengelolaan barang dan jasa,” ujar Khalid, Selasa (29/11).
Dengan kata lain, lanjut Khalid, rumah sakit yang dipimpinnya mengutamakan pelayanan, bukan mencari keuntungan.
Pendapatan yang diperoleh rumah sakit itu mencapai Rp419.780 miliar pada 23 November, sedangkan target yang diberikan sebesar Rp326.900 miliar atau surplus Rp92 miliar.
Surplus itu disebabkan prinsip pemberian fleksibilitas rumah sakit BLU yang digunakan langsung untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan terhadap masyarakat.
“Adanya kelebihan anggaran ini kami malah bisa melakukan inovasi-inovasi pelayanan rumah sakit,” terang Khalid.
Saat ini RS Wahidin berinovasi membangun posyandu terpadu.
“Pembuatan klaim untuk rekam medis cepat. Kita juga membuat tim piutang pelayanan untuk menjembatani proses pengklaiman,” paparnya.
Inovasi lainnya ialah penggunaan aplikasi terintegrasi dengan ratusan rumah sakit lain.
Saat ini ada 94 rumah sakit dan 117 puskesmas yang terintegrasi dengan aplikasi RS Wahidin.
“Kalau ada pasien rujukan, langsung ada rekam mediknya,” tambahnya.
Penghematan
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Sardjito Yogyakarta juga berstatus BLU.
Direktur Utama RSUP Dr Sardjito, dr Mochammad Syafak Hanung SpA, menjelaskan rumah sakit yang dipimpinnya berstatus BLU sejak 2005.
“Prinsip BLU ini memberikan pelayanan terbaik kepada pasien dan pelanggan dengan menggunakan prinsip bisnis sehat. Intinya pengelolaan efisien dan mengutamakan pelayanan pasien,” tegasnya.
Untuk mencapai hasil terbaik, manajemen RSUP dr Sardjito menerapkan rencana bisnis anggaran tiap tahun dan rencana strategis bisnis setiap lima tahun.
Untuk mencegah defisit karena RSUP dr Sardjito merupakan rumah sakit rujukan nasional, banyak pasien berdatangan baik dari DIY maupun luar provinsi.
Langkah efisiensi harus dilakukan.
“Contohnya pasien yang tidak perlu tambahan vitamin, tidak perlu dicantumkan dalam resep. Pemberian terapi harus terukur. Misalnya suhu tubuh pasien 39 derajat celsius, diobati obat turun panas. Saat suhu tubuh normal, pasien jangan diberi obat itu lagi,” jelas Syafak.
Efisiensi lainnya dilakukan dengan penghematan listrik serta pengadaan barang dan jasa harus sesuai dengan kebutuhan pasien yang ditanggung BPJS Kesehatan.
Untuk mengecek kamar yang kosong, keluarga pasien cukup melihat aplikasi laman yang dibuat RSUP dr Sardjito. (AT/N-3)
Sumber: mediaindonesia.com