Setiap orang, sehat atau sakit, membutuhkan nutrisi yang baik. Kebutuhan ini berbeda-beda tergantung pada kondisi tubuh, aktivitas fisik dan sebagainya. Di rumah sakit, upaya untuk menyediakan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi tiap pasien merupakan tantangan yang tidak mudah. Perlu ada kerjasama tim antar- tenaga profesional yang terkait, juga dengan pasien dan keluarganya.
Berkurangnya nafsu makan akibat penyakit yang sedang dialami seringkali memicu terjadinya kondisi kurang gizi pada pasien. Penelitian yang dilakukan di Inggris pada tahun 1994 melaporkan ada 40% pasien rawat inap yang mengalami kekurangan gizi akibat hal tersebut, bahkan 75% pasien yang telah keluar dari RS mengalami penurunan berat badan selama dirawat. Penelitian di RS-RS di Kanada pada tahun 2000-an bahkan menemukan bahwa malnutrisi merupakan masalah serius. Pasien yang masuk ke RS 45% diantaranya sudah dalam kondisi malnutrisi dan 71% dari mereka tidak mengalami perbaikan gizi selama dirawat. Bahkan 14% lainnya mengalami kondisi yang memburuk.
Penelitian di Eropa tahun 2009 menemukan bahwa setengah dari pasien di RS berpotensi atau bahkan telah mengalami kekurangan gizi. Angka yang jauh lebih buruk terjadi pada long-term care dimana diperkirakan 90% pasiennya mengalami kekurangan gizi. Pada Hospital Nutrition State of the Art Summit tahun 2011 diungkapkan bahwa ada 50% pasien RS di seluruh dunia yang mengalami kekurangan gizi. Penelitian di satu bangsal anak di RS Indonesia yang dipublikasikan tahun 2013 menunjukkan ada 81,5% pasien yang mengalami penurunan berat badan sebesar ≥ 2% selama dirawat.
Kekurangan asupan nutrisi dapat menganggu proses penyembuhan, memperpanjang hari rawat, membuat proses pengobatan jadi kurang efektif, akhirnya meningkatkan biaya pelayanan kesehatan di RS. Kondisi tersebut bahkan bisa meningkatkan angka kematian pasien. Padahal kejadian malnutrisi atau kekurangan asupan gizi dapat dicegah. Sebuah workshop yang diselenggarakan oleh European Health Management Association (EHMA) dan European Hospital and Health Care Federation (HOPE) mengidentifikasi bahwa ada hambatan dalam mencegah terjadinya kekurangan gizi pada pasien di RS dan cara menanganinya juga berbeda-beda. Dari berbagai penelitian yang dibahas dalam workshop ini, ada beberapa hambatan yang teridentifikasi, yaitu:
- kurangnya waktu, kurangnya tenaga dan kurangnya koordinasi antar disiplin ilmu
- rendahnya mutu makanan, buruknya pengaturan jadwal makan dan adanya pengaturan yang ketat untuk diet yang tidak perlu
- kurangnya informasi mengenai pasien karena pasien kurang dilibatkan dalam proses penyembuhan
- kurangnya konseling atau bantuan advokasi bagi pasien untuk lebih memahami kebutuhan nutrisi mereka
- kurang baiknya sistem manajemen untuk mendukung manajemen dan perencanaan gizi
Bahkan yang menjadi perhatian khusus adalah kurangnya keterlibatan dan ketertarikan manajemen RS dan pengambil kebijakan dalam menangani masalah gizi di RS. Padahal pengelolaan dan dukungan nutrisi yang baik bagi pasien sangat tergantung pada struktur keuangan RS. Perancis memiliki pengalaman terkait manajemen gizi dan keuangan. Negara ini telah memperkenalkan Groupes Homogènes de Malades, yaitu Diagnosis Related Group-nya Perancis (GHM) di RS tahun 1990-1993. GHM ini telah memuat informasi mengenai lama dirawat (LOS), diagnosis sekunder serta usia yang digunakan secara sistematis untuk meningkatkan homogenitas biaya dan kemudian memudahkan dalam mendeteksi adanya pasien kurang gizi.
Kebijakan yang dikembangkan di Inggris menekankan pada optimalisasi peran perawat di bangsal untuk lebih memahami kebutuhan dan keinginan pasien, kendala dalam memenuhi kebutuhan nutrisi per individu pasien hingga menjadi partner bagi pasien dalam proses penyembuhan melalui asupan gizi yang baik. Rekomendasi bagi RS adalah mengembangkan kebijakan yang jelas tentang keseluruhan strategi gizi termasuk mengembangkan instrumen screening yang terstandar, pelatihan yang adekuat untuk menggunakan instrumen tersebut, serta guideline untuk rujukan jika diperlukan. Scottland bahkan memiliki standar yang sangat detil mengenai makanan yang boleh dan tidak boleh disediakan di RS untuk berbagai kebutuhan spesifik pasien, termasuk diet berdasarkan latar belakang agama/budaya.
Di Indonesia, World Bank merekomendasikan untuk dikembangkannya pelatihan bagi tenaga kesehatan di seluruh fasilitas kesehatan untuk bisa mengenali kelebihan gizi dan penting untuk memprioritaskan obesitas sebagai salah satu penyakit dalam NCD (non-communicable disease, penyakit tidak menular). Rekomendasi ini berasal dari pengalaman Amerika Serikat dimana intervensi oleh tenaga kesehatan bisa efektif khususnya bila nakes dilatih untuk mengukur BMI atau lingkar perut untuk mendeteksi apakah pasien mengalami kekurangan atau kelebihan gizi.
Penanganan gizi yang baik akan meningkatkan efektivitas terapi, memperbaiki respon pasien terhadap obat-obatan dan upaya penyembuhan, mengurangi lenght of stay, menurunkan angka kematian dan akhirnya mengurangi biaya satuan pelayanan. (pea)
Referensi:
- The Double Burden of Malnutrition in Indonesia, World Bank Report, 2013
- Food in Hospitals, National Catering and Nutrition Specification for Food and Fluid Provision in Hospitals in Scottland, Scottish Government, 2008
- Organization of Food and Nutritional Support in Hospitals, BAPEN Advancing Clinical Nutrition, 2007
- Patients’ nutritional care in hospital: An ethnographic study of nurses’ role and patients’ experience, Jan Savage RN, BSc (Hons) PhD & Cherill Scott RN, MA, MSc, RCN Institute 20 Cavendish Square London W1G 0RN, 2005.
- Under-nutrition: Removing barriers to efficient patient nutrition within both the hospital and home-care setting, EMHA & HOPE, 2012
- Malnutrition in Canadian Hospitals – It’s a Serious Problem, Canadian Malnutrition Task Force, http://www.nutritioncareincanada.ca/wp-content/uploads/2014/03/M2013526-CMTF-Downloadable-Handout_r3_HR1.pdf, diakses pada 25 Januari 2015
- http://www.forbes.com/2009/03/30/hospitals-healthcare-disruption-leadership-clayton-christensen-strategy-innovation.html, diakses pada 25 Januari 2015
- http://www.hfma.org/Content.aspx?id=19996, diakses pada 25 Januari 2015
- http://www.slideshare.net/f1smed/kepmenkes-no129tahun2008standarpelayananminimalrs, diakses pada 25 Januari 2015
- http://www.academia.edu/8761419/Pedoman_PGRS_Pelayanan_Gizi_Rumah_Sakit_-_BUKU, diakses pada 25 Januari 2015
- http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3850224/, diakses pada 25 Januari 2015