BANYUWANGI – Pasca peluncuran fasilitas E-Health pada Agustus lalu yang ditujukan untuk percepatan pelayanan pasien di RSUD Blambangan, ternyata masih ditemukan beberapa kendala dilapangan. Persoalan utama yang paling dikeluhkan pasien adalah lambannya pelayanan loket farmasi.
Salah satu pasien bernama Atminah (57), asal Desa Padang Kecamatan Singojuruh yang ditemani putranya berobat ke poli saraf mengaku sudah 3 jam mengantri di loket farmasi. Pasien pengguna jamkesmas ini, rutin berobat ke RSUD Blambangan selama 1,5 tahun terakhir. Menurutnya, selama rentang waktu itu dirasakannya belum ada perubahan dalam pelayanan farmasi.
“Dari dulu sampai sekarang ya gini, lama nunggunya. Nggak ada perubahan,” keluhnya ditemui sunriseofjava.com, Senin (1/10/2013)
Hal senada juga dikeluhkan Sutrisno (30), pasien asal Desa Wonorejo, Kecamatan Wongsorejo. Pria yang berobat ke poli THT ini baru kali pertama berobat ke RSUD Blambangan. Dia mengaku sudah menyerahkan resep ke loket farmasi sekitar pukul 10.30 Wib. Dan hingga pukul 12.30 Wib, resep dengan jumlah 4 varian obat yang diharapkannya belum diterima.
Perubahan pelayanan dirasakan pasien hanya di loket pendaftaran. Pasien mengakui jika ada kemudahan dalam registrasi. Namun, persoalan yang dikeluhkan Atminah dan Sutrisno diatas, bisa menjadi bahan evaluasi bahwa pelayanan farmasi di RSUD Blambangan masih perlu dikoreksi. Idealnya, pelayanan di loket farmasi paling lama adalah 30 menit, sesuai dengan program E-health yang sudah diterapkan.
Direktur RSUD Blambangan, dr Taufik Hidayat saat dikonfirmasi mengakui hal tersebut. Dokter murah senyum ini menjelaskan jika hingga saat ini pihaknya masih lakukan perbaikan dan evaluasi di berbagai sektor. Terutama pada bidang farmasi.
Saat ini RSUD Blambangan masih kekurangan tenaga ahli sebagai asisten apoteker. Sehingga untuk menanggulangi kekurangan personil tersebut, pihaknya lakukan jam kerja ganda bagi petugas apoteker. Dan ternyata setelah dilakukan evaluasi, cara tersebut masih belum sepenuhnya bisa mengatasi jumlah layanan yang semakin banyak.
“Tenaga Asisten Apoteker yang ada 22 orang, idealnya 25 orang, jadi masih kurang 3 orang,” ungkapnya.
Hingga kini, sambung dr Taufik, masih membuka kesempatan untuk tenaga profesional sebagai asisten apoteker. Pihaknya mengupayakan secepat mungkin untuk penuhi standart ideal jumlah asisten apoteker. Agar jumlah layanan pasien di loket farmasi yang membludak bisa seimbang dengan pelayanan cepat dan efisien dari RSUD Blambangan.
“Deadline kami paling lambat bulan November 2013 keluhan seperti ini (pelayanan farmasi lambat) tidak terjadi lagi,” tutupnya.
Sumber: sunriseofjava.com