Jakarta : APA jadinya jika kesehatan dan wisata berkolaborasi? Ya, di Indonesia sejak tahun 1997 lalu berdiri Perhimpunan Kesehatan Wisata Indonesia (PKWI). Ini merupakan kolaborasi dokter dan pelaku bisnis wisata. Mereka saling bekerjasama untuk membangun jaringan, serta meng-up date perkembangan terbaru, khususnya informasi soal kesehatan. Keberadaan organisasi ini tergolong unik dan belum cukup banyak diketahui orang.
”Kami sudah ada sejak 1997. Berafiliasi dengan Asia Pasific Travel Health Society (APTHS) dan International Society of Travel Medicine (ISTM),” jelas Ketua PKWI Prof Dr Yahya Kisyanto, MD, PhD, Rabu (5/12) di Jakarta.
Dia menjelaskan, bahwa PKWI selain beranggotakan dokter, juga sejumlah elemen masyarakat yang bergerak di bidang pariwisata dan perhotelan. Tugasnya, memberi informasi tentang keberadaan RS atau klinik untuk kebutuhan wisatawan, memberikan pengobatan, dan jika diperlukan bahkan sampai memberikan bantuan evakuasi ke RS di Indonesia maupun luar negeri.
Menurut Yahya, persoalan kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang upaya peningkatan arus wisata. Wisatawan mancanegara sangat memperhitungkan berbagai faktor kesehatan di Negara tujuan wisata mereka.Misalnya standar kesehatan lingkungan dan makanan.
Maka tak heran, ketika isu wabah penyakit di Bali pada 1992 silam, jumlah kunjungan wisatawan ke Bali menurun drastis, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. ”Padahal, pendapatan devisa dari kunjungan wisata itu sangat besar,” urainya.
Menurut data yang diuraikan Menparekraf Marie Elka Pangestu saat penandatanganan MoU, jumlah devisa yang bisa diserap jika wisatawan lokal tidak lagi berobat ke negara lain, mampu mencapai USD 500 juta-1,4 miliar. Bahkan, berdasarkan hasil studi Klynfeld Pear Marwick Goerdeller International, pengeluaran masyarakat dunia untuk wisata kesehatan mencapai USD 100 miliar dan naik 20-30 persen setiap tahunnya.
Sumber: indonesiarayanews.com
[…] APA jadinya jika kesehatan dan wisata berkolaborasi? Selengkapnya […]