Webinar
Bagaimana Faktor Sosial Ekonomi dan Ketidaksetaraan
Mempengaruhi Stunting di Indonesia
CoP for Health Equity
27 Februari 2020
Pengantar
Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup kuat dalam dekade terakhir, kesenjangan dalam bidang gizi masih tinggi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan penurunan prevalensi Stunting di tingkat nasional sebesar 6,4% selama periode 5 tahun, yaitu dari 37,2% (2013) menjadi 30,8% (2018). Global Nutrition Report 2016 mencatat bahwa prevalensi stunting di Indonesia berada pada peringkat 108 dari 132 negara. Dalam laporan sebelumnya, Indonesia tercatat sebagai salah satu dari 17 negara yang mengalami beban ganda gizi, baik kelebihan maupun kekurangan gizi. Di kawasan Asia Tenggara, prevalensi stunting di Indonesia merupakan tertinggi kedua, setelah Cambodia[1]
Perbedaan dalam prevalensi Stunting antara anak-anak yang berasal di rumah tangga dengan kuintil terkaya hampir dua kali lipat (48 persen) dari anak-anak dari keluarga dengan status ekonomi kuantil termiskin (29 persen). Kesenjangan geografis juga mencolok dimana di Provinsi DKI Jakarta dan Bali prevalensi stunting 17 persen dan 21 persen, sementara di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang relatif lebih miskin sebanyak 42 persen[2]. Status sosial ekonomi biasanya diukur berdasarkan tingkat pendidikan, pendapatan, dan posisi pekerjaan pada seorang individu. Hal ini juga dapat diukur berdasarkan tempat tinggal (misalnya Perkotaan, pedesaan, pesisir, lingkungan pendapatan) atau pembangunan negara pada tingkat agregat. Misalnya, ibu dengan tingkat pendidikan rendah lebih cenderung memiliki anak yang menderita Stunting[3] dan kurang mampu memperoleh informasi spesifik tentang Stunting pada anak[4]. Demikian juga, ibu dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang rendah lebih cenderung mengalami kesulitan mendapatkan akses makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi dan diet beragam untuk menunjang pertumbuhan yang optimal anak-anaknya[5].
Pemerintah Indonesia telah menunjukan komitmen yang kuat dalam penanganan Stunting baik ditingkat nasional maupun sub- nasional melalui Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting, namun masih terdapat berbagai kendala dalam pelaksanaanya. Mengatasi masalah Stunting termasuk mengangkat pengaruh faktor sosial ekonomi dan ketidaksetaraan bukan hal yang mudah tetapi ada berbagai inisiatif lokal yang dapat dipelajari dari wilayah lain. Misalnya di provinsi NTT, pengelolaan gizi buruk terintegrasi (PGBT) menjadi salah satu inistaif dalam mengatasi anak gizi buruk tanpa komplikais sebagai salah satu upaya mencegah stunting. Webinar ini memberikan kesempatan kepada kita untuk berdiskusi bersama Ahli dan Praktisi tentang Faktor Sosial Ekonomi dan Ketidakadilan dalam masalah Stunting di konteks urban dan rural, baik itu konsep mauapun praktik baik di lapangan.
Tujuan
- Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terkait pengaruh sosial ekonomi dan ketidaksetaraan pada stunting.
- Mempelajari inisiatif lokal dalam penanganan stunting yang dapat mengurangi kesenjangan sosial ekonomi dan geografis.
- Mempromosikan forum diskusi virtual bagi para praktisi ekuiti kesehatan.
Tempat dan Tanggal
Hari dan tanggal : Kamis, 27 Februari 2020
Waktu : 10.00 – 11.30 WIB
Tempat : Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan
Gedung Penelitian dan Pengembangan, FK-KMK, Universitas Gadjah Mada
Jl. Medika No. 1, Jogjakarta, 55281
Phone : 62 274 549425
Link Webinar : https://attendee.gotowebinar.com/register/8883886131681001729
Webinar ID : 662-227-691
Target Peserta
- Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten.
- Aktifis Kesehatan Masyarakat.
- Dosen
- Siswa
- Peneliti
- Media
- Praktisi Kesetaraan Kesehatan.
Narasumber
Ir. Sarah Lery Mboeik
Ketua Kelompok Pokja Stunting Provinsi NTT
Blandina Rosalina Bait
The Equity Initiative Fellow & Nutrition Officer UNICEF Indonesia
Dr. Kadek Tresna Adhi, S.KM, M.Kes
Dosen PS. KM FK UNUD, Bali
Digna Niken Purwaningrum, Ph. D
Peneliti PKMK FK-KMK, Universitas Gadjah Mada
Agenda
Waktu | Topik | Narasumber |
10.00 – 10.05 | Pembukaan | Moderator |
10.05 – 10.20 | Pengalaman Provinsi NTT dalam upaya penanganan dan pencegahan stunting : Pencapaian dan Tantangan | Ir. Sarah Lery Mboeik |
10.20 – 10.35 |
Melihat stunting dari perspektif urban : Pengalaman Provinsi Bali |
Dr. Kadek Tresna Adhi, S.KM, M.Kes |
10.35 – 10.50 | Pengelolaan gizi buruk terintegrasi sebagai salah satu inovasi pencegahan stunting | Blandina Rosalina Bait |
10.50 – 11.00 | Pembahasan | Digna Niken Purwaningrum, Ph. D |
11.00 – 11.25 | Diskusi | |
11.25 – 11.30 | Penutup | Moderator |
Information
The Equity Initiative Program of CMB Foundation
http://www.equityinitiative.org/
Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) Narahubung registrasi :
Maria Lelyana
Email: [email protected]
Mobile Phone/WA : +62 811 101 9077
Telp/Fax :+62274-549425 (hunting)
[1] International Food Policy Research Institute. (2016). The 2016 Global Nutrition Report. IFPRI:Washington DC.
[2] Riset Kesehatan Dasar 2018 (Riskesdas 2018)
[3] Frongillo EA, Onis M, Hanson KMP. Socioeconomic and demographic factors are associated with worldwide patterns of stunting and wasting of children. J Nutr. 1997;127(12):2302–9; Monteiro CA, Benicio MH, Conde WL, Konno S, Lovadino AL, Barros AJ et al. Narrowing
socioeconomic inequality in child stunting: the Brazilian experience, 1974–2007. Bull World Health Organ. 2010;88(4):305–11. doi:10.2471/BLT.09.069195.
[4] Ruel MT, Alderman H. Nutrition-sensitive interventions and programmes: how can they help to accelerate progress in improving maternal and child nutrition? Lancet. 2013;382(9891):536–51. doi:10.1016/S0140-6736(13)60843-0.
[5] Mother’s education and children’s nutritional status: new evidence from Cambodia.Manila: Asian Development Bank; 2009 (http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.215.534&rep=rep1&type=pdf, accessed 22 January 2018).
Materi yang sangat menarik tentunya dalam mendukung upaya penurunan stunting.
Harapan kami setelah mengikuti acara ini, masukan masukan ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan.