Perkembangan zaman dengan tingginya penggunaan teknologi serta tuntutan pasien memiliki dampak yang besar dalam dunia medis. Beban baru kini mulai mempengaruhi kerja tenaga medis dalam keseharian. Salah satu dampak yang kini mulai turut menjadi sorotan dalam dunia penelitian adalah burnout para penyedia jasa, termasuk di dalamnya tenaga medis dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Dalam penelitian yang dilakukan di Singapura terhadap dokter dari berbagai disiplin ditemukan bahwa 37% dokter memiliki risiko tinggi untuk mengalami burnout dan fenomena ini tidak eksklusif hanya pada satu disiplin tertentu.
Burnout merupakan suatu proses yang dialami seorang anggota organisasi yang sebelumnya sangat committed terhadap organisasi tersisih dari pekerjaannya sebagai respon atas stres yang dialami di dalam pekerjaan. Burnout sendiri terdiri dari tiga komponen yaitu kelelahan emosional (emotional exhaustion), depersonalisasi (depersonalization), serta perasaan rendah harga diri (feeling of low personal accomplishment). Ketiga komponen inilah yang digunakan dalam instrumen untuk menilai burnout, Maslach Burnout Inventory (MBI). Fenomena ini tentu dapat juga ditemukan dalam bidang pelayanan kesehatan, terutama dengan semakin tingginya tuntutan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik. Terkadang bagian manajemen rumah sakit mengutamakan kualitas layanan bagi pasien sehingga menggeser perhatian terhadap kondisi penyedia pelayanan itu sendiri. Hal yang perlu diingat bahwa kepuasan kerja karyawan dan kepuasan pasien merupakan dua hal yang sama penting dalam dunia kesehatan. Burnout tenaga medis dapat dijadikan indikator awal terhadap disfungsi sistem kesehatan yang perlu diperhatikan oleh pengelola rumah sakit. Salah satu penelitian melaporkan bahwa tenaga medis yang cenderung keluar dari karir dalam dunia medis lebih cepat memiliki keterkaitan yang tinggi dengan kondisi burnout.
Masalah yang banyak ditemukan dalam dunia penyedia jasa yaitu upah kerja yang rendah, peluang karir yang terbatas, dan tingkat penggantian yang tinggi. Tenaga medis baik dokter maupun perawat serta karyawan lainnya dalam rumah sakit tentu mengharapkan fasilitas infrastruktur, praktik pengelolaan sumber daya manusia yang baik serta dukungan manajemen terkait dengan peningkatan pelayanan untuk pasien. Hal – hal inilah yang perlu menjadi perhatian untuk meningkatkan kualitas kehidupan kerja bagi karyawan rumah sakit. Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 240 dokter di India menunjukkan bahwa kualitas kehidupan kerja memiliki hubungan yang signifikan dan positif dengan kepuasan kerja serta memiliki hubungan negatif dengan job burnout. Kualitas kehidupan kerja yang dimaksud dalam hal ini adalah kepuasan karyawan terhadap berbagai aspek seperti sumber daya, kinerja dan hasil akibat berpartisipasi dalam lingkungan kerja.
Faktor yang mempengaruhi burnout pada tenaga medis dapat dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu faktor pekerjaan, karakterisitik individu serta faktor organisasi. Faktor pekerjaan yang mempengaruhi burnout tenaga medis seperti beban kerja yang berlebih, waktu kerja yang lama, pilihan spesialisasi, panggilan tugas di malam hari yang terlalu sering, dokumentasi komprehensif dalam rekam medis elektronik, waktu dirumah terkait dengan faktor pekerjaan, risiko tuntutan malpraktik, dan metode yang digunakan tenaga medis untuk mengahadapi kematian atau penyakit pasien. Peneliltian lainnya menunjukkan hilangnya otonomi dalam pekerjaan, rendahnya pengendalian terhadap lingkungan kerja, penggunaan waktu yang tidak efisien akibat masalah administratif serta hilangnya dukungan dari sejawat merupakan factor – faktor utama terkait pekerjaan yang menyebabkan burnout pada tenaga medis. Faktor terkait dengan karakteristik individu seperti sifat kritis, mekanisme koping yang kurang bermanfaat, kurangnya waktu tidur, komitmen berlebih, sikap perfeksionis dan terlalu idealis, serta kurangnya sistem dukungan di luar lingkungan kerja (misal keluarga) memiliki pengaruh terhadap terjadinya burnout. Faktor terakhir adalah factor – faktor yang terkait dengan organisasi, seperti perilaku pimpinan yang negatif, ekspektasi beban kerja, imbalan yang tidak sesuai, kolaborasi interpersonal, peluang peningkatan jabatan serta dukungan sosial yang terbatas dapat juga mempengaruhi terjadinya burnout pada tenaga medis.
Di Indonesia, terdapat beberapa penelitian terkait dengan burnout di kalangan tenaga medis, terutama perawat. Salah satunya jurnal yang mengukur burnout perawat di suatu rumah sakit di Kalimantan. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa burnout perawat dalam kategori rendah sebesar 82,8% serta dalam kategori sedang sebesar 17,2%. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen Maslach Burnout Inventory (MBI). Penelitian lainnya yang dilakukan terkait dengan perawat di Kalimantan Timur, menggunakan instrumen yang sama, menunjukkan bahwa 56% perawat di rumah sakit mengalami burnout.
Angka burnout yang semakin tampak dan mulai menjadi bahan penelitian ini menunjukkan perlu adanya perhatian khusus terhadap hal – hal yang dapat mempengaruhi kualitas kerja karyawan di rumah sakit, baik tenaga medis maupun non medis. Keadaan ini juga dengan mengingat bahwa kepuasan kerja karyawan mempengaruhi kualitas pelayanan dan kepuasan pasien, sehingga hal ini sebaiknya tidak dikesampingkan. Burnout meskipun tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, namun dapat dicegah atau diminimalisisir. Oleh karena itu, dibutuhkan inisiatif tidak hanya dari pihak manajemen rumah sakit namun juga dari tenaga kesehatan itu sendiri untuk lebih memahami terkait dengan burnout dan juga menerapkan berbagai solusi untuk mengatasi atau mengelola kelelahan, stres serta meningkatkan ketahanan. (Alvina Simanjuntak)
Referensi
Chan A, Chan Y, Chuang K, Ng J, Neo P. Addressing physician quality of life: understanding the relationship between burnout, work engagement, compassion fatigue and satisfaction. Journal of Hospital Administration. 2015; 4(6): 46-55.
Eliyana. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Burnout Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSJ Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2015. Jurnal Administrasi Rumah Sakit. 2016; 2(3): 172-82.
Olson K. Physician Burnout – A Leading Indicator of Health System Performance?. Mayo Clin Proc. 2017; 92:1608-11.
Patel R, Bachu R, Adikey A, Malik M, Shah M. Factors Related to Physician Burnout and its Consequenes: A Review. Behavioral Sciences. 2018; 8(11): 98.
Ramdan I, Fadly O. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Burnout pada Perawat Kesehatan Jiwa. Jurnal Keperawatan Padjajaran. 2016; 4(2): 170-8
Rosyid H. Burnout: Penghambat Produktifitas yang Perlu Dicermati. Buletin Psikologi 1996; IV(1): 19-25.
Srivastava S, Misra R, Madan P. ‘The Saviors Are Also Humans’: Understanding the Role of Quality of Work Life on Job Burnout and Job Satisfaction Relationship of Indian Doctors. Journal of Health Management. 2019; 21(2): 210-29.