Catatan dari Healthcare World Asia, Singapore November 2012
Sebagai negara berkembang, Filipina memiliki situasi yang kurang lebih sama dengan Indonesia, termasuk situasi pelayanan kesehatannya di level sistem makro maupun mikronya. Seperti di Indonesia, banyak RS di Filipina yang juga telah jatuh bangun membangun sistem IT-nya, dikembangkan sendiri maupun dengan kerjasama pihak ketiga. Dr. Michael Hussin B. Muin, CIO The Medical City Philippines berbagi pengalamannya mengenai pengembangan IT di RS tempatnya bekerja.
Menurut dr. Michael, ada 10 tips yang dapat digunakan oleh RS untuk membangun sistem IT secara efektif:
- Kejelasan. RS harus memutuskan apakah akan membeli produk IT atau membangun sendiri. Jika membeli, pastikan bahwa produk IT tersebut sudah “matur”. Syarat lainnya adalah RS harus memiliki manajer proyek yang kuat yang dapat mengontrol kegiatan tersebut sehingga spesifikasi produk yang dibeli benar-benar sesuai dengan (perkembangan) kebutuhan RS
- Pertimbangkan pasar lokal. Saat ini mulai banyak RS yang mengembangkan IT dengan memanfaatkan vendor internasional yang telah terkenal reputasinya. Namun perlu diingat bahwa menerapkan IT di RS berarti membutuhkan banyak customization sehingga dalam hal ini akan lebih mudah bagi RS jika menggunakan vendor lokal.
- RS harus melakukan evaluasi vendor, dimana sejak awal pemilihan RS sudah harus mengetahui bagaimana core competency vendor dalam bidang IT,
- Project charter: RS dapat memulai dengan problem statement (mengenal masalah IT yang ada di RS tersebut) dan mengidentifikasi kriteria keberhasilan (when success, what it’ll look like?)
- IT governance. Ini merupakan ide yang besar karena ini terkait dengan fitur-fitur otonomisasi, alignment, otorisasi, akuntabilitas, serta kemampuan untuk mengesekusi proses. Namun RS harus membangun IT governance dan sistem yang dibangun bekerja berdasarkan governance structure.
- Gunakan platform umum untuk teknologi server, bahasa pemrograman, database dan kompetensi IT
- Integrasi: hindari data silos, integrasi berarti membuat perencanaan IT menjadi bagian dari perencanaan RS secara keseluruhan.
- Kepemilikan proyek: dimana seluruh komponen dalam RS harus memiliki proyek pengembangan IT ini. Rasa kepemilikan ini muncul manakala sudah ada manfaat yang dirasakan dari implementasi sistem. Oleh karenanya, sedapat mungkin pengembangan sistem ini juga memiliki tujuan-tujuan jangka pendek berupa fitur-fitur yang membantu aktivitas sehari-hari para manajer maupun klinisi.
- Perspektif proyek: dimana implementasi tidak sama dengan adopsi. Implementasi berarti banyak customization, sedangkan adopsi sebaliknya. Oleh karena itu, pada implementasi, RS harus melakukan monitoring secara terus menerus agar proses customization mengarah ke pemenuhan kebutuhan RS akan IT, bukan sebaliknya, justru merepotkan petugas di RS.
10. Budaya. Dalam hal ini, budaya menentukan hasil. Dalam system bisa dibuat warning sign, blame, mediocrity, control, non-interference, tergantung pada budaya yang bagaimana yang hendak dikembangkan oleh RS.
Dari 10 tips yang perlu dikritisi tersebut di atas, muncul 10 pertanyaan yang perlu dijawab oleh RS sebelum merencanakan proyek pengembangan IT:
- Apakah Tim IT kami siap untuk membangun atau siap untuk membeli?
- Jika membangun sendiri, apakah kami adalah orang-orang yang kompeten?
- Jika membeli, apakah vendor yang akan kami pilih adalah vendor yang kompeten?
- Apakah proyek ini dikembangkan untuk alasan yang tepat?
- Apakah kami memiliki struktur yang baik untuk membuat keputusan IT yang tepat?
- Apakah kami bekerja berlawanan arah dengan platform yang berlaku umum?
- Apakah sistem tersebut “saling berkomunikasi” satu sama lain?
- Apakah para users memiliki proses dan sistem mereka sendiri?
- Apakah kami siap menerima perubahan?
- Apakah budaya kami sudah tepat dan dapat membawa kami pada keberhasilan?
(pea)