Libur panjang baru saja berlalu. Arus mudik dan arus balik dengan segala konsekuensinya sudah menjadi rutinitas tahunan yang dihadapi masyarakat Indonesia. Bukan hanya umat muslim yang merayakan Lebaran di kampung halaman, liburan ini juga dimanfaatkan warga non muslim untuk berwisata. Daerah-daerah tujuan wisata favorit seperti hampir tidak sempat beristirahat karena belum lama berselang merupakan periode libur panjang sekolah.
Mobilitas penduduk dalam jumlah besar ini tidak terlepas dari resiko keselamatan maupun kesehatan di perjalanan maupun selama berwisata. Ini menimbulkan kebutuhan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai. Umumnya RS masih bersifat pasif dalam menghadapi fenomena ini, yaitu menunggu jika ada wisatawan yang mengalami gangguan kesehatan dan membutuhkan layanan. Belum ada upaya proaktif untuk mengembangkan medical tourism yaitu menjadikan pelayanan kesehatan sebagai tujuan utama dan berwisata sebagai aktivitas sekundernya. Hal ini belum banyak digarap di Indonesia, padahal potensinya sangat besar. Sementara negara-negara tetangga sudah lebih dulu secara agresif memasarkan medical tourism. Silahkan ikuti ulasan selengkapnya mengenai topik ini disini.