Sesi Panel 4. Can value be achieved in high-tech, high-cost system?
Sesi Panel keempat dibuka dengan paparan Johannes Kedzierski, CEO Aga Khan University Hospital dari Pakistan dan Dr Liz Mear dari The Innovation Agency, Inggris.
Paparan Dr Liz Mear, dok. PKMK
Liz berbagi cerita mengenai Academic Health Science Network di Inggris. Jaringan ini dibentuk dalam rangka berbagi praktik baik inovasi di satu wilayah ke seluruh inggris. Tiga konsep utama yang dipegang adalah: culture, collaboration, communities. Inovasi dikembangkan dengan pendekatan budaya daerah lokal. Kolaborasi dilakukan secara lintas sektor. Keterlibatan masyarakat terutama dari para tokoh di masyarakat menjadi faktor penting dalam implementasi inovasi di berbagai daerah. Salah satu contoh inovasi adalah 3D printing untuk membuat model anatomi yang dapat digunakan dalam aktivitas pendidikan kedokteran maupun edukasi pasien.
Visi dalam industri Pelayanan Kesehatan oleh Hans Kedzierki dari Pakistan, dok. PKMK
Hans Kedzierki dari Pakistan melihat pelayanan kesehatan sebagai sebuah industri. Pasien tidak lagi hanya sebagai orang sakit yang datang berobat namun seorang “consumer”. Consumer disini tidak hanya pada level individual RS namun pada level sistem kesehatan. Pelayanan kesehatan dipandang Hans sebagai sebuah industri yang capital intensive, labor intensive, dan emotion intensive. Selain kebutuhan modal dan tenaga kerja, juga ada keterlibatan emosional dan hubungan antar manusia disana. “Tidak ada salahnya hightech dan highcost,”tutur Hans. Dia melihat industri Ini adalah sebuah keseimbangan yang akan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan politik.
Diskusi Panel, dok. PKMK
Diskusi berlangsung menarik dimana para panelis membahas bahwa tantangan dan peluang saat ini adalah inovasi pasti datang, perkembangan teknologi pun tidak dapat dicegah. Hal yang bisa dilakukan saat ini adalah melakukan evaluasi bagaimana luaran klinis pasien dan dampak biaya dari teknologi diagnostik atau terapi baru tersebut.
Hans dan Liz mendiskusikan mengenai standar apa yang baik. Antara standar di Pakistan dan standar di Inggris pasti berbeda. Ada variasi antar negara karena kondisi dasar masing-masing yang berbeda. Liz juga mengatakan sangat baik berbicara mengenai visi dan strategi namun diperlukan langkah nyata dan pembelajaran dari kegagalan yang terjadi. ”Selama kegagalan tersebut bukan sesuatu yang mengancam nyawa pasien,”ucapnya sambil mengingatkan para peserta mengenai keterlibatan pasien dalam isu kesehatan.
Keith menyampaikan bahwa teknologi baru yang masih digunakan pada tahap awal pasti berbiaya mahal. Kita harus melihat skala penggunaan/utilisasi teknologi tersebut dan bagaimana dampaknya terhadap sistem kesehatan dalam jangka panjang. Dalam konteks negara berkembang, Hans kembali menyampaikan pentingnya mengamati kondisi ekonomi dan proses pengambilan kebijakan atau politik. Contohnya adalah bagaimana di Pakistan bisa memiliki robotic surgery. “Sebagai seorang akademisi, adalah tugas kita untjk membawa bukti – bukti kepada policy maker,”tuturnya.
Diskusi ditutup dengan menyinggung disiplin ilmu Health Technology Assessment (HTA). HTA dapat dipelajari pada level rumah sakit maupun level nasional sehingga pengambil kebijakan di suatu negara sehingga dapat memutuskan apakah teknologi medis terbaru ini bermanfaat bagi mereka dan bagaimana membuatnya feasible dalam konteks Negara tersebut.
Reporter: Sudi Indra Jaya