Plenary 1.1 Moving beyond Quality to Value
Sesi pleno pertama dimulai dengan presentasi oleh Dr Daphne Koo dari Kementerian Kesehatan Singapura. Paparan dibuka dengan satu pernyataan yang cukup menggelitik. Daphne menyatakan bahwa lebih aman melakukan olah raga berbahaya seperti bungee jumping dibanding berobat ke rumah sakit. Rawat inap di rumah sakit meningkatkan resiko seseorang menderita infeksi nosokomial. Selain resiko infeksi, pasien juga ada resiko medical error.
Dr Daphne Khoo, dok. PKMK
Daphne pun menyebutkan bahwa dalam 60 tahun terakhir, biaya pelayanan kesehatan meningkat dua kali lipat. Dampaknya adalah kita tidak bisa menjaga keberlangsungan sistem kesehatan karena biaya yang terus meningkat. Ada kebutuhan untuk menjaga keberlangsungan sistem kesehatan di berbagai negara dengan kondisi kebutuhan yang meningkat tapi sumber daya terbatas. Daphne mengingatkan kembali para peserta pada kubus – kubus sistem pembiayaan kesehatan dari WHO.
Berbagai kemajuan teknologi kesehatan juga turut serta meningkatkan jumlah biaya. Setiap negara perlu mengembangkan komisi penilaian teknologi kesehatan atau lebih dikenal sebagai konsep Health Technology Assessment (HTA), sehingga teknologi baru dapat dilihat apakah lebih bermanfaat dibandingkan standar yang lama. Satu studi kasus disampaikan oleh Daphne yaitu Robot Assisted Surgery (RAS). Bukti klinis RAS masih minimal dan dinilai kurang efisien karena luaran klinis pasien yang mendapat tindakan sangat tergantung dokter bedahnya dan penghematan biaya tergantung volume utilisasi alat dalam satu tahun.
Pada era transformasi sistem kesehatan ini, Daphne mengungkapkan bahwa komunikasi antara stakeholder menjadi kunci. Berbagai referensi juga dapat diakses untuk menunjang pengambilan kebijakan. Salah satunya adalah Rapid Reccomendation dari BMJ. Daphne menutup presentasi dengan tiga kata kunci penting untuk menjaga keberlangsungan sistem kesehatan di masa depan dengan luaran klinis yang baik dan biaya terjangkau, yaitu: Leadership, Patient, and Trust.
Plenary 1.2 The #hellomynameis story – ‘through adversity comes legacy’
Presentasi selanjutnya disampaikan oleh Chris Pointon dari Inggris yang mengkampanyekan #hellomynameis. Kampanye hellomynameis dimulai dari twitter oleh Kate Ganger, istri dari Chris Pointon. Kate adalah seorang dokter, namun juga merupakan pasien kanker stadium terminal. Ide ini berawal dari keresahan Kate saat rawat inap di rumah sakit. Selama masa perawatan, cukup banyak petugas kesehatan tidak memperkenalkan dirinya sebelum memberikan pelayanan. Kate mendiskusikan hal ini dengan suaminya dan memutuskan untuk menggunakan media social dalam mendorong dan mengingatkan para petugas kesehatan betapa pentingnya memperkenalkan diri.
Chris Pointon bercerita tentang gerakan yang dilakukan bersama dengan istrinya, dok. PKMK
Ide ini juga sekarang dipakai oleh kepolisian di Inggris. Bahkan pada 2014, Donald Berwick yang merupakan guru di bidang mutu pelayanan kesehatan turut mempopulerkan kampaye ini di forum ISQUA. Pangeran Charles pun memberikan penghargaan atas kegiatan #hellomynameis yang dinilai sangat inspirasional.
Chris menyampaikan bahwa dalam kampanye hellomynameis, ada 4 hal penting yaitu:
- Perkenalkan diri saat bertemu dengan pasien
- Perlakukan pasien seolah dia bagian dari keluarga
- Perhatikan pasien sebagai pusat pengambilan keputusan, bukan hanya melihat kondisi penyakitnya atau nomor kasur di bangsal.
- Perlakukan pasien dengan hormat.
Reporter: Sudi Indrajaya