скачать gta san andreas торрент

Penutupan IHF Brisbane

 World Hospital Congress ke-42 yang  berlangsung selama 3 hari dihadiri lebih dari 1000 orang peserta. Agenda kongres mencakup 10 pembicara utama dengan total lebih dari 160 pembicara,  46 sesi yang dibagi dalam 3 subtema, dan 100-an poster yang berasal dari 40 negara di dunia. Kongres ditutup oleh Eric de Roodenbeke selaku CEO International Hospital Federation (IHF). Eric berpesan agar kisah sukses dari berbagai belahan dunia bisa menginspirasi inovasi-inovasi baru di negara masing – masing sesuai tema kongres kali ini, Innovate – Integrate – Inspire.

penutup-1

Penutupan oleh CEO IHF, dok. PKMK

Sesi penutupan menjadi menarik karena ada pengumuman poster terbaik pada kongres tahun ini. Poster terbaik berjudul “Dynamics of Peer Learning in Medical Department — Journal and Case sharing Club” oleh Gary Tong Yun Chow dari Hong Kong.

Pada kesempatan ini pun diumumkan bahwa kongres berikutnya yaitu 2019 diselenggarakan di Muscat, Oman. Video dari Menteri Kesehatan Oman dapat disaksikan di bawah ini dan ikuti informasi terbaru kongres melalui website https://worldhospitalcongress.org/

 

Refleksi untuk Indonesia

Kongres tahun ini secara umum berusaha untuk menjawab pertanyaan “Bagaimana pelayanan kesehatan berkembang untuk memenuhi tuntutan di abad ke – 21?”. Pertanyaan ini sangat menarik untuk dibahas dalam konteksIndonesia.

Salah satu isu yang disorot dalam kongres ini adalah pemanfaatan teknologi informasi yang diyakini mampu menjadi pendorong pertumbuhan rumah sakit. Namun di sisi lain, teknologi informasi juga dikhawatirkan akan menghilangkan empati dalam melayani pasien. Komunikasi efektif oleh tenaga kesehatan dan peningkatan literasi serta pemahaman pasien menjadi kunci yang berkali – kali dibahas dalam forum ini.

Di Indonesia, beberapa RS telah memulai perubahan ke arah digital. Harapannya, transformasi ini mampu meningkatkan efisiensi, mendorong peningkatan kapasitas pelayanan, serta menjangkau area – area baru dalam pelayanan kesehatan. Isu komunikasi dokter denganpasien pun telah berkembang dengan pesat dan masuk dalam kurikulum pendidikan di Indonesia.

Lalu, yang menarik dalam forum ini adalah adanya pemahaman bahwa pelayanan kesehatan telah berkembang sebagai sebuah industri. Pasien tidak lagi “pasien”, melainkan “consumer”. Rumah sakit pun dihadapkan pada perubahan yang dramatis dari masyarakat, pola patologi penyakit, sistem pembiayaan, dan teknologi medis kedokteran. Pembiayaan kesehatan juga menunjukkan tren semakin meningkat dan harga tersebut harus dibayar oleh pasien sebagai pengguna layanan rumah sakit.

Hal ini sedikit berbeda dengan kondisi di Indonesia dimana sistem pelayanan kesehatan masih belum dilihat sebagai industri yang mampu menghasilkan keuntungan bagi negara. Biaya kesehatan yang terus meningkat tercemin pada sistem kesehatan Indonesia dalam bentuk missmatch JKN.  Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para manajer RS dan tenaga kesehatan karena situasi yang belum kondusif dalam mendorong inovasi perumahsakitan.

Beberapa pembicara di forum ini juga memperlihatkan perhatiannya pada komitmen di level nasional dimana aspek politik dan ekonomi sebuah negara akan sangat mempengaruhi insan perumahsakitan. Hal ini juga terjadi di Indonesia dimana praktek politik praktis terkait pemilihan presiden, anggota DPR, maupun kepala daerah memiliki dampak yang luar biasa bagi sistem kesehatan atau secara spesifik bagi rumah sakit. Para manajer RS dihadapkan pada tantangan mengelola resiko dan perubahan dengan baik. Akademisi serta peneliti juga dibutuhkan dalam memberikan bukti-bukti dan advokasi kebijakan bersama praktisi RS pada pembuat kebijakan. 

Sebagai penutup, panitia dari IHF mengharapkan Indonesia dapat mengembangkan inovasi-inovasi di bidang perumahsakitan dan kembali berpartisipasi pada Kongres IHF 2019 di Oman.

Reporter: Sudi Indra Jaya

Subscribe
Notify of
guest

isi kotak dibawah ini dengan benar *

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x