Concurrent Session 3. Disruptive forces: Turning traditional services models on their head
Setelah rehat, kongres dilanjutkan dengan sesi paralel. Perwakilan dari PKMK mengikuti sesi mengenai era disrupsi. Sesi ini juga diikuti oleh perwakilan dari Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) yang turut berpartisipasi menyampaikan materinya. Berbagai disrupsi di sektor kesehatan yang memberikan dampak pada layanan rumah sakit menjadi bahan pembelajaran bersama. Kesempatan ini menghadirkan nara sumber dari 4 negara, yaitu: Indonesia, Spanyol, Oman, dan Kenya.
Sesi Concurrent pada sore hari, dok. PKMK
Presentasi dari PERSI menyampaikan bahwa kebijakan JKN di Indonesia menjadi disrupsi yang berdampak masif bagi insan perumahsakitan. Peserta yang hadir juga merespon dengan mengatakan bahwa cukup ambisius untuk mencapai Universal Health Coverage bagi 250 juta orang dalam waktu lima tahun. Hal ini menjadi menarik karena peran asosiasi RS dalam mendukung program pemerintah menjadi salah satu kunci.
Presentasi dari Spanyol juga menarik untuk diikuti karena adanya performance based contract pada sektor kesehatan. Hal ini memberikan kesempatan RS pemerintah dan RS swasta berkolaborasi bersama meningkatkan status kesehatan masyarakat. Kebijakan ini bisa dilihat manfaatnya dari menurunnya angka kematian ibu dan bayi serta meningkatnya angka harapan hidup masyarakat dalam 5 tahun terakhir.
Presentasi dari Oman juga tidak kalah dari narasumber lain. Oman adalah sebuah negara dengan penduduk 4,5 juta jiwa. Profesor Bassim dari Oman menceritakan langkah disruptif dalam pengelolaan kanker di Oman. Pertama dengan pengembangan Dar Al Hanan, rumah singgah untuk anak-anak terapi kanker agar mendapatkan akses akomodasi saat berobat rutin. Rumah ini menerima 1000 pasien per tahunnya dan telah aktif sejak 2018. Kedua, dengan langkah menjembatani perawatan paliatif bagi pasien kanker dengan pengembangan kurikulum perawatan paliatif bagi perawat. Pasien pun juga dilatih dan diajari agar dapat kembali ke rumah dengan nyaman setelah terapi di rumah sakit. Pendekatan dua sisi ini yang menjadi satu tenaga disrupsi untuk perbaikan layanan kanker di Oman. Terakhir,dengan adanya kolaborasi dan kerjasama antara rumah sakit dengan NGO untuk mendukung pasien dan keluarganya.
Presentasi dari Kenya cukup menarik karena disrupsi yang diungkapkan adalah adanya kebijakan dari pemerintah yang terkesan impulsif. Kebijakan tersebut mengenai kemandirian pangan, perumahan yang terjangkau, serta universal health coverage. Rumah sakit merasa kebijakan menerapkan cakupan semesta belum tepat saat ini karena ketidakmerataan petugas dan sarana pelayanan kesehatan.
Presentasi dari 3 negara lain merupakan hal menarik yang dapat direfleksikan dengan kondisi Indonesia. Dari presentasi Spanyol kita bisa belajar bahwa sistem kontrak cukup baik diterapkan dalam mendukung program – program kesehatan pemerintah. Dana pun dapat dimanfaatkan dengan lebih efisien. Paparan dari Oman mengingatkan kita pentingnya advokasi dan kolaborasi untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Masyarakat dapat dilibatkan dalam bentuk filantropi di aspek pembiayaan kesehatan. Presentasi dari Kenya juga mengingatkan kita pentingnya riset dan data dasar dalam penyusunan kebijakan.
Reporter: Sudi Indra Jaya