Medan. Ketua Komisia A DPRD Sumut, Sarma Hutajulu, SH menyimpulkan RS Columbia Asia sering membuat kelalaian. Maka, Dinas Kesehatan harus berani mencabut izin rumah sakit jika tidak memenuhi standar pelayanan terhadap masyarakat.
“Kasus tertinggalnya kain kasa pascaoperasi harus menjadi pelajaran berharga. Jangan karena tidak bisa menuntut, rumah sakit bertindak apa saja atas nama keamanan maupun SOP. Apalagi, rumah sakit tidak mau mengakui kelalaian ,” kata Sarma Hutajulu ketika menyimpulkan rapat dengar pendapat (RDP) Komisi A dengan dinas kesehatan kabupaten/kota ataupun provinsi, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), RS Siloam Dirgasurya Medan, Dirut RS Columbia Asia Medan, Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia (LCKI), dr Maryono, SpB, orangtua korban, Joe, dan Rotari Club Medan Deli, Selasa(1/11).
Sarma Hutajulu menegaskan, adanya kain kasa tertinggal pascaoperasi harus menjadi pelajaran yang berharga.
Politisi PDI Perjuangan ini juga berharap kasus ini di Poldasu diselesaikan sampai tuntas. Sedangkan kepada IDI Sumut melalui IDI Medan untuk mempercepat penanganan majelis etik dan mengirimkan hasil proses yang dilakukan secara internal di IDI kepada Poldasu, Dinas Kesehatan Provinsi Sumut dan DPRD Sumut.
“Komisi A meminta kepada dinas kesehatan tidak sekadar pengawas perizinan tetapi Dinas Kesehatan Provinsi Sumut dan Kota Medan untuk melaporkan hasil kerja saat turun ke lapangan, dan proses-proses yang dilakukan oleh pengawas lapangan maupun IDI. Penanganan kasus ini harus benar-benar dilakukan secara simultan, supaya kejadian yang dialami F tidak terjadi terhadap masyarakat Sumut lain.
“Jangan hanya mengejar keuntungan tapi fungsi sosialnya tidak dilaksanakan dengan baik. Maka, Komisi A dan E nantinya mengeluarkan rekomedasi,” katanya.
Sarma meminta dr Maryono berkata jujur, apakah ada kain kasah tertinggal. “Kita ingin mengetahui, apakah tindakan RS Columbia Asia sesuai dengan SOP atau memang biasa kain kasa tertinggal di perut pasien. Mungkin itu SOP juga,” katanya.
Dr Maryono menegaskan, tidak ada kain kasa yang tertinggal dan semua yang dilakukan sesuai dengan SOP. Sedangkan untuk membuang kotoran dibuat kantong bukan menggunakan kain kasah.
Melihat jawaban tersebut, Sarma mengaku heran, apakah kain kasa tersebut datang sendiri atau dimakan anak tersebut.
Sementara dokter bedah RS Siloam, dr Paulus Yusna yang hadir menceritakan, bahwa dalam perut F terdapat kain kasa. Dia juga memperlihatkan gambar dan video saat operasi. Pengunjung yang hadir dibuat merinding melihat bagaimana kain kasa secara perlahan dikeluarkan dari perut anak kecil yang masih balita.
Menurutnya, kain kasa tertinggal di rongga usus dan akan membuat suatu sumbatan. Di samping itu, akan merusak dinding usut saat makan tidak nyaman sehingga mengganggu proses makan. “Waktu itu, berat badan tidak naik tetapi setelah operasi naik berat badannya 4 kg,” katanya.
Memanas
Dalam RDP tersebut suasana sempat memanas, Anggota Komisi A Brilian Moktar, DPRD Sumut marah karena pihak RS Columbia Asia ingin memutarbalikan fakta. “Tolong jangan putar balikkan fakta. RS Columbia Asia tidak memiliki SOP yang jelas,” katanya.
Dia menegaskan, akibat ketidakprofesionalan RS Columbia Asia yang menjadi korban Rotari Club dan korban sendiri. “Sejak Maret 2016 saya sudah sampaikan kepada pihak RS Columbia Asia dan menceritakan kondisi yang terjadi. Saya ketika itu mendesak agar segera dioperasi karena jika lewat jadwal bisa berakibat fatal. Maka, atas nama kemanusiaan dan karena ketidakpedulian RS Columbia Asia dilakukan operasi di RS Siloam,” katanya.
Sekretaris Komisi E DPRD Sumut, Syamsul Bahri Batubara juga mengatakan, kinerja RS Columbia benar-benar tidak profesional. Ketika itu, anaknya operasi di rumah sakit tersebut dan dipasang alat di kepala. Tetapi, karena hasilnya tidak maksimal dan mengecewakan maka dibawa ke Penang. Dokter RS di Penang mengatakan, hasil dari tindakan RS Columbia Asia benar-benar tidak masuk akal. “Sebenarnya alat yang dimasukkan tidak sekian panjang pipanya. Akhirnya, meninggal dunia setelah lumpuh berapa lama. Saya melihat kain kasa masuk bukan hasil operasi, atau mungkin termakan,” katanya.
RDP dihadiri Wakil Ketua DPRD Sumut, Parlinsyah Harahap, Sekretaris, Rony Renaldo Situmorang, anggota Komisi A, Burhanuddin Siregar, Hartoyo, Sampang Malem, M Syarif Rawi, dan Anhar A Monel. (maf)
Sumber: analisadaily.com