BONDOWOSO (BM) – Aksi mundur beramai-ramai 22 dokter spesialis di RSUD dr Koesnadi Bondowoso, mengancam pelayanan medis di rumah sakit plat merah tersebut. Apalagi Ketua Forum Dokter Spesialis RSUD dr Koesnadi, dr Andreas menyatakan, manajemen mengabaikan kebutuhan peralatan medis untuk pelayanan jadi alasan.
“Selain tidak ada kesesuaian antara direktur rumah sakit dengan dokter spesialis juga dikarenakan tidak ada dukungan terhadap kinerja dokter dalam memberikan pelayanan kepada pasien,” katanya, Senin (7/11).
Menurutnya, sebenarnya sejak awal direktur rumah sakit telah sepakat akan menjalin kerja sama antara manajemen dan fungsional (dokter spesialis), akan tetapi setelah berjalan selama empat tahun kebutuhan terkait dengan peralatan medis kerap diabaikan.
Usulan yang diabaikan oleh Direktur RSUD Bondowoso, kata dia, salah satunya adalah pengusulan pengadaan untuk alat bantu nafas yang jelas sangat sangat dibutuhkan sewaktu-waktu oleh pasien. Selain itu, lanjut Andreas, kebutuhan peralatan operasi seperti gunting serta peralatan medis lainnya dan harus diganti juga sudah diusulkan bertahun-tahun namun tidak dihiraukan oleh manajemen rumah sakit. “Pihak rumah sakit justru malah mendatangkan peralatan USG empat dimensi yang harganya miliaran rupiah dan tidak terlalu dibutuhkan oleh dokter,” ucapnya.
Ia mengakui bahwa dalam pengelolaan di rumah sakit mulai fungsional, keberadaan dokter dan manajemen memiliki tugas pokok masing-masing dan harus saling mengisi satu sama lain serta tidak mengabaikan kepentingan bersama.
“Peralatan medis merupakan alat-alat penting untuk memberikan pelayanan prima kepada pasien. Salah satunya ketika operasi berjalan tidak ada kepastian listrik akan terus menyala yang dapat membahayakan pasien yang dioperasi,” tuturnya.
Ia menjelaskan, manajemen rumah sakit milik Pemkab itu dinilai tidak memiliki tujuan yang jelas karena dalam membuat perencanaan anggaran, para dokter spesialis tidak pernah dilibatkan, padahal merekalah yang bersentuhan langsung dengan pasien dan mengerti apa yang peralatan medis yang dibutuhkan.
“Kami bersama teman-teman lainnya tidak bisa terus menerus bekerja dalam kondisi seperti ini, karena peralatan minim sangat beresiko memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,” ujarnya.
Terkait kejadian ini, Direktur RSUD dr Koesnadi, dr. Agus Sudardjito, menyatakan bahwa pelayanan kesehatan kepada masyarakat sampai saat ini masih berjalan normal. “Ini kan isu, jadi kami tidak bisa menyikapi atau menanggapinya terkait isu pengunduran diri 22 dokter spesialis di rumah sakit. Karena sampai saat ini pelayanan terhadap masyarakat masih berjalan dengan baik dan normal seperti biasanya dan bisa dicek di ruang rawat inap maupun yang lainnya,” katanya.
Namun dirinya berjanji tetap akan melakukan klarifikasi. Apalagi dia melihat sendiri, puluhan dokter spesialis yang sebelumnya berencana sepakat mengundurkan diri dan hingga saat ini semuanya masih aktif melayani pasien.
“Kami juga sudah melaporkan hal ini kepada Bupati Amin Said Husni dan untuk sementara manajemen rumah sakit akan dikendalikan langsung oleh Bupati. Dan Bupati mendelegasikan kepada dewan pengawas,” katanya menjelaskan.
Ia juga menyampaikan saat ini yang berhak mengklarifikasi terkait pengunduran diri para dokter spesialis adalah Bupati selaku pemilik rumah sakit,” ucapnya. (at/epe)
Sumber: