CILEGON – Masih tingginya angka kematian ibu (AKI) dan bayi di Indonesia, khususnya Kota Cilegon dan Banten perlu disikapi serius dan diantisipasi oleh semua pihak.
Untuk menekan AKI dan bayi, tentunya tidak hanya butuh program bagi ibu hamil secara berkelanjutan, tetapi juga harus diikuti dengan peningkatan kualitas fasilitas kesehatan.
Adalah Rumah Sakit Krakatau Medika (RSKM) salah satu fasilitas kesehatan terbesar di Kota Cilegon yang telah menyatakan kesiapannya untuk menerapkan program Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensy Komperhensif (PONEK). Pelayanan ini diberlakukan selama 24 jam dan aktif beroperasi setiap harinya.
Hal tersebut ditandai melalui Maklumat PONEK dan Seminar Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatus yang diselenggarakan RSKM Cilegon, Kamis 6 Oktober 2016.
Dr Sutomo, Manajer Pelayanan Medis RSKM mengatakan, RSKM siap berpartisipasi aktif dan selalu bersinergi dengan pemerintah daerah dalam rangka menekan angka kematian ibu dan bayi tersebut.
“Program menekan angka kematian ibu dan bayi ini adalah mandatori dari negara, Rumah Sakit Krakatau Medika dalam hal ini telah menyatakan siap berpartipasi. Kami hadir untuk memberikan pelayanan terbaik, dimana sejalan dengan misi PT Krakatau Steel sebagai induk perusahaan yakni kehadirannya untuk memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar, khususnya Kota Cilegon,” ujar Dr Sutomo kepada BCO.
Dr Sutomo yang juga ketua panitia acara tersebut mengakui bahwa program PONEK membutuhkan komunikasi yang baik antar stakeholder, sehingga permasalahan kegawatdaruratan yang terjadi pada ibu dan bayi bisa diatasi dengan baik.
“Karenanya acara ini melibatkan berbagai unsur mulai dari Dinas Kesehatan, Puskesmas, klinik, dokter rumah sakit, bidan desa, tokoh masyarakat, RT RW, ketua kader posyandu, aparatur kecamatan dan juga kelurahan. Bersyukur acara ini disambut dengan antusias oleh stakeholder, dari 100 undangan kami sebar, ternyata yang hadir lebih dari itu,” jelas Dr Sutomo.
Menurutnya, program PONEK ini harus ditunjang dengan sistem koordinasi dan evaluasi yang berkelanjutan, terutama dalam rangka meningkatkan kompetensi dan skill para petugas medis, khususnya di fasilitas kesehatan tingkat dasar atau Puskesmas jejaring rujukan.
“Acara ini semoga bisa berkelanjutan, kami tentu punya kewajiban dan bertanggungjawab untuk melatih dan membina bidan atau petugas medis yang masuk jejaring rujukan kami. Sementara saat ini jajaring rujukan program PONEK di RSKM baru tiga Pusmesmas, yakni Pulomerak, Cibeber, Ciwandan,” ungkapnya.
Untuk mendukung program PONEK ini, RSKM Cilegon memiliki 4 dokter spesialis kandungan dan brevet konsultan pelayanan, serta ditunjang dengan 2 unit ruangan perawatan PICU – NICU.
Sementara untuk pembiayaan, RSKM telah bekerjasama dengan BPJS yang menjadi program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
“Kita sendiri (RSKM) baru punya 2 alat ventilator nafas yang tidak dimiliki oleh rumah sakit lain di Cilegon. Salah satu faktor juga kenapa angka kematian ibu dan bayi tinggi, karena memang fasilitas kesehatan yang ada belum memadai,” tegasnya.
Sementara diketahui, angka kematian ibu dan bayi di Kota Cilegon mengalami lonjakan di tahun 2015 lalu, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Diketahui, pada tahun 2014 terdapat 12 kasus ibu meninggal, sedangkan pada tahun 2015 terdapat kenaikan menjadi 15 kasus ibu meninggal.
Begitu juga dengan kondisi kematian pada anak, pada tahun 2015 mengalami lonjakan kenaikan menjadi 99 kematian anak, sedangkan sebelumnya terdapat 87 kematian anak pada tahun 2014. (*)
Sumber: beritacilegon.co.id