Port Moresby – Sebanyak 700 perawat di Papua Nugini tetap menggelar aksi mogok kerja kendati serikat pekerja telah menghentikan seruan mogok untuk menekan pemerintah dan manajemen rumah sakit memberikan gaji mereka.
Media setempat, The National, melaporkan bahwa perawat yang masih menggelar mogok kerja itu berasal dari Alotau dan Mendi.
Para perawat itu mengaku tidak mendengar adanya seruan berhenti mogok kerja dari pimpinan serikat pekerja mereka.
Juru bicara asosiasi perawat cabang Port Moresby, Rosemary Bates mengatakan bahwa mogok adalah keputusan dan hak semua perawat.
Namun, serikat pekerja telah menyatakan bahwa mogok kerja telah berakhir karena proses perundingan dengan pemerintah telah dimulai kembali.
Asosiasi Perawat Papua Nugini (PNGNA) semula memang menyerukan mogok nasional para perawat di negara itu pada Rabu pekan lalu. Serikat pekerja ini memiliki 5.000 anggota perawat di seluruh Papua Nugini yang selama sembilan bulan tidak bisa menerim gaji.
Asosiasi perawat di Alotau dan Mendi adalah dua wilayah dimana asosiasinya mendukung rencana pemogokan. Para perawat itu bekerja tersebar di berbagai tempat kerja, fasilitas kesehatan desa, pos kesehatan masyarakat, rumah sakit provinsi dan empat rumah sakit tingkat regional.
PNGNA dan pemerintah telah menandatangani perjanjian kerja Desember lalu. Namun, presiden PNGNA Stevan Nawik mengatakan bahwa pemerintah telah lalai memenuhi poin-poin perjanjian yang mereka sepakati tersebut selama sembilan bulan.
Menurut Nawik, beberapa poin yang tidak dipenuhi itu adalah soal kenaikan gaji dan pembangunan perumahan bagi perawat. Sebelum menyerukan pemogokan, Newik mengaku dirinya telah meminta perundingan dengan Kementerian Kesehatan namun permintaannya tidak digubris.
Kini, perundingan terus berlangsung sementara situasi kerja sudah tidak kondusif lagi bagi para perawat. Sebagian perawat masih mogok kerja di beberapa wilayah, termasuk Alotau dan Mendi. (*)
Sumber: tabloidjubi.com