Oleh: dr. Zulham, M.Biomed
Bapak S sudah didiagnosis menderita sakit kanker usus. Dokter yang merawatnya menyarankan beliau untuk menjalani pembedahan untuk merawat penyakit usus yang berat itu. Keluarga setuju dengan saran dokter. Pasca operasi, keadaan Bapak S sudah baik.
Luka operasi mengering. Sebelum diizinkan pulang, Bapak S mengalami batuk berdahak dan menderita demam tinggi. Sesak napas tampak kentara. Dia dimasukkan ke unit rawatan intensif. Pernafasan Bapak S dibantu dengan alat bantu pernafasan. Tidak beruntung, Bapak S menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit karena menderita radang paru akut, bukan karena kanker usus.
Bapak S diduga mendapat infeksi di rumah sakit. Infeksi yang didapat di rumah sakit dikenal sebagai infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah satu infeksi yang perkembangannya berlangsung lingkungan rumah sakit. Infeksi didapat oleh pasien saat kunjungan atau dirawat di rumah sakit. Infeksi noskomial juga dapat berjangkit di antara staf rumah sakit, tidak terbatas kepada pasien saja. Kita mungkin pernah mendengar tentang petugas medis yang tertular infeksi virus flu burung atau Ebola di rumah sakit karena merawat penderita penyakit itu.
Untuk disebut sebagai mendapat infeksi nosokomial, seorang pasien mesti berkunjung/dirawat di rumah sakit karena alasan selain infeksi. Pada kasus di atas, Bapak S dirawat untuk mendapat pengobatan kanker usus namun dia mendapat infeksi radang paru akut.
Infeksi nosokomial dikatakan terjadi bila infeksi terjadi dalam waktu hingga 48 jam setelah masuk rumah sakit, hingga 3 hari setelah pulang, atau sampai 30 hari setelah operasidi fasilitas kesehatan ketika pasien dirawat untuk alasan lain selain infeksi.Pasien di unit perawatan intensif memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi nosokomial. Di Eropa, kejadian infeksi nosokomial dapat mencapai 20,6 persen dari pasien di unit perawatan intensif. Infeksi nosokomial juga memperpanjang lama rawatan pasien. Rata-rata, pasien dengan infeksi nosokomial dirawat di rumah sakit 2,5 kali lebih lama dibandingkan pasien tanpa infeksi nosokomial. Pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang sangat menurun juga mudah mendapat infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial berlangsung di rumah-rumah sakit di seluruh dunia. Rumah sakit di seluruh dunia melaporkan adanya infeksi nosokomial dengan kejadian yang berbeda-beda. Di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa 9 pasien dari setiap 100 pasien memperoleh infeksi nosokomial. Di Indonesia, angkanya bervariasi dari 9 – 20 pasien dari setiap 1000 pasien. Dibanding Amerika Serikat, kejadian infeksi nosokomial di Indonesia boleh disebut lebih rendah namun data di Indonesia boleh dilihat dengan skeptisisme pada kelemahan akan kesadaran, pelaporan, dan sarana pendukung diagnosis infeksi nosokomial.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat memperkirakan sekitar 1,7 juta infeksi di rumah sakit-terkaitdisebabkan semua jenis mikroorganisme, termasuk satu bakteri atau kombinasi mikroba, menyebabkan atau memberikan kontribusi untuk 99 ribu kematian setiap tahun. Di Eropa, infeksi bakteri diperkirakan mencapai dua-pertiga dari 25 ribu kematian setiap tahun.
Infeksi nosokomial disebabkan oleh patogen yang mudah menyebar ke seluruh tubuh. Banyak pasien rumah sakit dirawat dalam keadaan penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga mereka kurang mampu melawan infeksi. Dalam beberapa kasus, pasien mengalami infeksi karena kondisi yang buruk di rumah sakit atau fasilitas kesehatan, atau karena staf rumah sakit tidak mengikuti prosedur yang tepat dalam pencegahan infeksi nosokomial. Beberapa pasien mendapatkan infeksi nosokomial dengan berinteraksi dengan pasien lain. Oleh karena itu, setiap pasien di rumah sakit berisiko memperoleh infeksi nosokomial. Adalah jelas bahwa rumah sakit bukan hanya tempat berupaya mendapatkan kesehatan dan kesembuhan penyakit, namun di sisi lain rumah sakit menjadi tempat berkumpulnya sumber-sumber infeksi dan patogen dari berbagai tempat dan pasien.
Banyak jenis bakteri penyebab infeksi nosokomial adalah kebal kepada antibiotik sehingga sulit mengobati infeksinya. Kekebalan antibiotik dapat menyebar ke bakteri-bakterilain dan dapat menginfeksi orang-orang di luar rumah sakit.
Infeksi nosokomial dapat menyebabkan radang paru akut berat, infeksi saluran kemih, infeksi dalam darah, dan infeksi di bagian-bagian tubuh lainnya. Infeksi saluran kemih adalah jenis yang paling umum dari infeksi nosokomial. Di Amerika Serikat, infeksi bekas operasi, infeksi dalam darah, dan radang paru akut adalah jenis-jenis infeksi nosokomial yang paling umum.
Gejala-gejala infeksi nosokomial bervariasi menurut jenis dan organ yang terinfeksi. Infeksinya dapat menunjukkan tanda-tanda peradanganyang ringan seperti adanya nanah, demam, dan abses (bisul). Bisa saja keadaannya lebih berat dan menimbulkan gejala lebih hebat. Pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan iritasi pada tempat infeksi dan banyak pasien mengalami gejala-gejala yang dapat dilihat seperti sesak napas atau perubahan dalam air seni. Banyak bentuk infeksi nosokomial dapat didiagnosis melalui pengamatan saja. Nanah, peradangan, dan ruam semuanya mungkin indikasi adanya infeksi. Tes darah, kultur urin, atau kultur dahak dapat mengidentifikasi infeksi.
Sebagian besar kasus infeksi nosokomial diatasi dengan pengobatan.Namun, beberapa infeksi tidak memberikan hasil dengan pengobatan dan berakhir fatal dengan kematian. Oleh karenanya, pencegahan serta deteksi dan pengobatan dini dalam infeksi nosokomial adalah sangat penting. Dalam kondisi yang tepat, sebagian besar pasien dapat sembuh total.
Dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial, higiene mempunyai peran yang penting. Diperkirakan 40 persen dari infeksi nosokomial disebabkan oleh kebersihan tangan yang buruk. Staf rumah sakit dapat secara signifikan mengurangi jumlah kasus infeksi noskomial dengan mencuci tangan secara teratur. Mereka juga harus memakai pakaian pelindung dan sarung tangan saat bekerja dengan pasien. Kebiasaan menggunakan hand sanitizer sebelum dan sesudah kontak dengan pasien juga akan sangat membantu pencegahan infeksi nosokomial. Hand sanitizer disarankan digunakan untuk mereka yang mempunyai/mengunjungi pasien sebelum dan setelah kontak dengan pasien. Rumah sakit juga perlu menyediakan hand sanitizer yang mudah digunakan oleh semua pihak yang berhubungan dengan pasien.
Prosedur invasif seperti pembedahan juga meningkatkan risiko infeksi nosokomial. Oleh karena itu, prosedur noninvasif dianjurkan bila memungkinkan. Rumah sakit didorong untuk menempatkan pasien dengan infeksi-infeksi kumanyang kebal terhadap antibiotika ke ruangan isolasi. Hal ini dapat menurunkan risiko pasien lainnya tertular penyakit dan terinfeksi kuman yang kebal terhadap antibiotika.
Penggunaan antibiotik juga merupakan komponen penting dari pencegahan infeksi nosokomial. Dokter akan merekomendasikan penggunaan antibiotika jika pasiendinilai rentan terhadap infeksi. Meskipun demikian, pemberian antimikroba tetap harus sangat hati-hati dan selektif. Di sisi lain, penemuan antibiotika baru tidaklah secepat laju bakteri yang kebal kepada antibiotika sehingga penggunaan antibiotika memang harus dikontrol dengan sebaik-baiknya agar para dokter mempunyai pilihan dalam mengalahkan infeksi.
Pencegahan dalam tingkat masyarakat juga perlu digalakkan dengan wujud edukasi. Menjenguk keluarga yang sedang sakit maupun dirawat di rumah sakit sudah menjadi kebiasaan kita. Sulit melarang masyarakat kita untuk tidak berkunjung ke rumah sakit. Terkadang untuk alasan tertentu anak-anak juga turut serta. Meskipun demikian, rumah sakit sebaiknya tidak dikunjungi oleh anak-anak dan orang-orang yang memiliki kekebalan tubuh rendah. Oleh karena itu, jadwal dan jumlah kunjungan untuk setiap pasien harus dibatasi seketat mungkin. Rumah sakit perlu untuk mempertimbangkan adanya ruang khusus bagi keluarga sehingga kunjungan yang tidak terlalu perlu dapat dilakukan di ruang keluarga, menemui keluarga pasientanpa menemui pasien. Ruang keluarga ini juga dapat dimanfaatkan untuk keluarga pasien beristirahat sehingga tidak perlu untuk terus berada di sisi pasien.
Pencegahan infeksi nosokomial juga dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan. Kita memerlukan rumah sakit yang menyehatkan dengan lingkungan yang asri. Kualitas udara dalam ruangan-ruangan rumah sakit terpelihara baik. Rumah sakit mejadi lingkungan bebas asap rokok. Rumah sakit yang dilengkapi dengan taman indah dan jauh dari kesan semrawut akan membuat suasana rumah sakit segar dan menyehatkan, tidak hanya untuk pasien tapi juga untuk kita semua.
Sumber: analisadaily.com