manajemenrumahsakit.net :: Ambon: Proyek Pembanguan Rumah Sakit Siloam bertaraf International yang direncanakan akan dibangun di daerah Hative Kecil Kota Ambon, tidak mendapat rekomendasi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Hal ini mengindikasikan, bahwa Perintah Daerah Maluku dan Kota Ambon tidak memiliki kisi-kisi terkait dengan kondisi Pulau Ambon sebenarnya yang rentan terhadap bahaya dan bencana.
Prof. DR. Ir. Semi Khow, Ahli Lingkungan dan Kelautan Unpatti Ambon, mengatakan, bahwa untuk Pulau Ambon dalam jangka waktu satu tahun kedepan permukaan laut mengalami kenaikan berkisar 29 cm. Hal ini disebabkan rekramasi pesisir pantai bahkan yang kini menjadi fenomenal adalah pemanasan global dan rumah kaca termasuk semakin mencairnya es di kutub utara, sehingga akan mengalami pertambahan debet air di laut termasuk di Maluku dan Kota Ambon.
Khow, meminta agar masyarakat sekitar daerah Negeri Rumah Tiga, Wayame hingga Negeri Laha, supaya harus berhati- hati dalam membangun rumah sebagai tempat tinggalnya. Karena efek dari pembagunan dari rumah sakit Siloam nanti akan terjadi pengeringan dan penyempitan gerakan air laut. Belum lagi, kata Khow, dengan adanya pembentukan sedimental pada tiang pancang Jembatan Mera Putih (JMP) yang sebenarnya memilki efek yang kurang baik karena berada pada patahan pada areal tanjung Martafons.
Sebagai infomasi awal, kata Khow, bahwa Kota Ambon sebenarnya dalam setiap hari di guncang gempa sebanyak 200 kali, namun skalanya kecil dan tidak terasa. Hal ini dipandang sangat baik karena merupakan pelepasan energy gempa sehingga tidak sampai pada terjadinya gempa denga skala besar. (Eda)
Sumber: malukunews.co